Makalah Tentang Pengenalan Terhadap Mukharrij Dan Karyanya



PENGENALAN TERHADAP MUKHARRIJ DAN KARYANYA

I.       Pendahuluan
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kekuatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyusun makalah yang sederhana ini, Salawat bertangkai salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah meninggalkan dua pedoman hidup yaitu Qur’an dan Hadis
Dalam mengenal hadis terdapat beberapa kitab hadis yang terbukti keshahihannya dalam makalah yang singkat ini kami berusaha menguaraikan tentang Mukharrij as-Sittah, Muwatta’ dan Musnad Imam Ahmad.
Apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan atau kesalahan maka kami sebagai penulis mengharapkan saran dan kritk yang bersifat membangun dari para pembaca sekalian terlebih-lebih dari dosen pembimbing demi kesempurnaan makalah ini.

II.    Pembahasan
  1. Mukharrij As-Sittah
Yang dimaksud dengan istilah mukhrrij as-sittah ini adalah bahwa matan hadits yang disebutkan dengan dengannya adalah diriwayatkan oleh enam orang perawi hadits yaitu: Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’I dan Ibnu Majah.[1]
1.      Nama dan Tempat Kelahirannya
Abu ‘Abdilah Muhammad Bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mukqiroh bin bardizbah, adalah ulama hadits yang sangat masyhur, kelahiran bukhara, suatu kota di Uzbekistan, wulayah Unisofiet, yang merupakan simpang jalan antara Rusia, Persia, Hindia dan Tiongkok. Beliau lebih terkenal dengan nama Bukhary (putra daerah bukhari). Beliau dilahirkan setelah selesai sholat ju’at, pada tanggal 13 bulan Sawal, tahun 194 H. (810 M). seorang Muhaddisin yang jarang tandingnya ini, sangat wara, sedikit makan, banyak membaca al-Qur’an, baik siang maupun malam, serta gemar berbuat kebajikan kepada murid-muridnya.[2]
Diantara gurunya adalah ad-dahhag ibn Mukhaiiad Ab’Asin an-Nabil, Makki ibn Ibrahim Al-Hanzali, Ubaidillah Bin Msa Al-Abbasi, Abdullah Qudds Ibn Hajjaj. Muhammad ibn Abdullah al-Ansari dan lain sebagainya seorang guru yang memotivasi imam bukhari dalam usahanya mengumpulkan hadits sahih, yang kemudian melahirkan karya menumentalnya adalah ishaq bin ibrahim al-hanzali atau dikenal dengan sebutan Ibn Rawaih.[3]
Diantara murid-muridnya adalah at-Tirmizi, Imam Muslim, an-Nasa’I, Ibrahimn Ibnu Ishaq al-Hurri, Muhammad Ibn Ahmad al-Daulabi dan lain sebagainya.
Ayahnya adalah seorang ulama hadits yang pernah belajar di bawah bimbingan sejumlah tokoh termasyhur saat itu seperti Malik ibn Anas, Hammad ibn Zaid dan ibn Mubarak.[4]
Di saat usianya belum mencapai sepuluh tahun, imam al-bukhari telah memulai belajar hadits, sehingga tidak menherankan apabila pada usia kurang lebih 6 tahun telah berhasil menghapal matan rawi dari beberapa buah kitab karangan ibn Mubarak dan Waqi.[5]
Ketika berusia 16 tahun, yaitu pada tahun 210 H ia menunaikan ibadah haji dan menetap disana selama enam tahun untuk belajar hadits, setelah itu dilanjutkan dengan berkelana mencari hadits ke berbagai kota seperti Madinah, Khurasan, Syam, Mesir, Bagdad dan lain-lain di daerah-daerah itulah imam al-Bukhari banyak berguru kepada ahli hadits, ia mengatakan “aku menulis hadits dari 1080 orang guru yang semuanya ahli hadits”. Di antaranya adalah Ali ibn al-Madini, Ahmad ibn Hambal, Yahya ibn Ma’in, Muhammad ibn Yusuf al-Firyabi dan ibn Ruwaih.[6]
Karena ketekunan, ketelitian dan kecerdasannya dalam mencari, menyeleksi dan menghapal hadits serta banyak menulis kitab, menjadikan ia cepat di kenal sebagai seorang ahli hadits dan mendapat gelar dan meriwayatkan hadits darinya, dantara yang terkenal adalah Muslim ibn Hajjaj, al-Tirmizi, al-Nasa’I, ibn Khuzaimah, dan ibn Abu Dawud.
2.      Karya-karyanya
Karya-karya beliau banyak sekali, antara lain:
a.       Jami’us-Sahih.
b.      Qadlayas-shahabah wat-tabi’in
c.       At-tarikhu’l-kabir
d.      At-Tarikhul-Austh
e.       Al-‘Adabul-Munfarid
f.       Birrul-Walidain

3.      Tanggal Wafatnya
Beliau wafat pada malam sabtu selesai shalat Isya tepat pada malam Idul Fitri tahun 252 H (270 M) dan dikebumikan sehabis shalat Zuhur Khirtak, suatu kampung tidak jauh dari kota Samarkand.

  1. Imam Muslim
1.      Nama dan Tanggal Lahirnya
Nama lengkapnya adalah Abul-Husain Muslim Bin Al-Hajaj Al-Qusyairy. Beliau dinisbatkan kepada Nisa Bury karena beliau adalah putra kelahiran Nisabur, pada tahun 204 H (820 M), yakni kota kecil di Iran bagian Timur Laut. Beliau juga dinisbatkan kepada nenek moyangnya Qusyair bin Ka’ab bin Rabiah bin Sha-Sha’ah suatu keluarga bangsawan besar.[7]
Imam Muslim belajar Hadis mulai usia kurang lebih 12 tahun yaitu pada tahun 218 H (833 M). Sejak itulah beliau sangat serius dalam mempelajari dan mencari Hadis.
Imam Muslim adalah salah seorang muhaddis, hafiz yang terpercaya dan seorang saudagar yang beruntung, ramah dan memiliki reputasi tinggi.
2.      Karya-karyanya
Dalam bidang perhadisan, beliau banyak menyumbangkan karya-karyanya kepada umat Islam, antara lain:
a.       Jami’us Shahih
b.      Musnadu’i-Kabir
c.       Al-Jami’ul-Kabir
d.      Kitabul-‘ilal wa Kitabu Auhamil-Muhaddisin
e.       Kitabul-Tamyiz
f.       Kitabu Man Laisa lahu Illa Rawin Wahidun
g.      Kitabut-Thahagatu’t-Tabi’in
h.      Kitabul-Muhadiramin.[8]
i.        Masya’ikh al-Sauri
j.        Masyaikh Syu’bah
k.      Masyaikh Malik
l.        Al-Wahdan.[9]
3.      Wafat Imam Muslim
Pada hari Ahad sore, dalam usia 55 tahun Imam Muslim Wafat, jenazahnya dimakamkan pada esok harinya. Senin 25 Rajab 261 H (875 M). di kampung Nasr Abad salah satu daerah diluar Naisabur.

  1. Imam Abu Dawud
1.      Nama Lengkap dan Tanggal Kelahirannya
Ialah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq As-Sajistany. Beliau di nisbatkan kepada tempat kelahirannya yaitu Sijistani (terletak antara Iran dan Afganisthan) beliau dilahirakan di kota tersebut pada tahun 202 H (817 ).
Disinilah ia memperoleh pendidikan awalnya. Selanjutnya, setelah dewasa ia melanjutkan pendidikannya ke berbagai daerah seperti ke Hijaz, Syam, Irak dan Khurasan. Dia pernah bermukim di Basrah, menyusun kitab sunannya. Beliau tidak hanya dikenal sebagai perawi pengumpulan dan penyusunan Hadis namun ia juga adalah ahli hukum yang handal sekaligus kritikus hadis yang baik. Ia digelar Al-Hifz at Tam al-‘Ilm al-Wafir dan al-Fahm al-Saqib fi al-Hadis.
2.      Guru-guru dan Murid-muridnya
Abu Dawud banyak bertemu ulama-ulama Hadis yang terkenal dan beliau bergurau kepadanya. Diantara ulama Hadis yang menjadi guru Abu Dawud adalah:
a.       Ahmad bin Hanbal (w. 241 H).
b.      Yahya bin Ma’in.
c.       Qotaibah bin Sa’id al-Saqofi.
d.      Usman bin Muhammad, dll.
Adapun yang pernah meriwayatkan Hadis darinya (murid-muridnya) antara lain:
a.       Muhammad bin ‘Isa al-Turmuzi.
b.      Al-Nasa’i.
c.       Abdullah bin Sulaiman.
d.      Ahmad bin Muhammad.
e.       Ali bin Husein.
f.       Muhammad bin Mukhallif.

3.      Karya-karyanya
Diantara karya-karya Abu Dawud adalah:
a.       Al-Marasil. Kitab ini merupakan kumpulan Hadis-hadis Mursal (gugur perawinya).
b.      Masail al-Imam Ahmad
c.       Al-Nasikh wal Mansukh
d.      Risalah fi Wasf kitab al-Sunan
e.       Al-Zuhd, dll.
Dari karya-karyanya tersebut di atas yang paling populer adalah kitab Sunan Abu Dawud. Menurut riwayat Ali bin Ahmad, kitab tersebut selesai ditulis tahun 275 H. kitab ini dijadikan Abu Dawud sebagai rujukan dalam mengajarkan Hadis di Bagdad, yaitu sebelum dia menetap di Basrah. Ketika kitab itu ditunjukkan kepada Ahmad bin Hanbal (gurunya) dia mengatakan bahwa kitab tersebut sangat bagus.[10]
Dan beliau wafat pada tahun 275 H (889 M) di Bashrah.

  1. Imam Al-Tirmizi
1.      Nama Lengkap dan Tempat Tanggal Lahirnya
Imam al-Tirmizi memiliki nama lengkap Abu’Isa Muhammad ibn Saurah ibn Musa ibn al-Dahhak al-Sulami al-Bugi al-Tirmiji.[11] Beliau adalah seorang Muhaddis yang dilahirkan dikota al-Turmuz, sebuah kota kecil di pinggir Utara Iran. Beliau dilahirkan di kota tersebut pada bulan Zulhijjah tahun 200 H (824 M). Imam Bukhari dan Turmuz itu adalah satu daerah dari daerah dari Waraun-Nahar.[12]

2.      Guru-gurunya dan Murid-muridnya
Beliau mengambil Hadis dari ulama Hadis yang bernama Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Musa, al-Bukhari dan lain-lain.
Orang-orang yang banyak belajar Hadis pada beliau dan diantara sekian banyak muridnya dapat dikemukakan antara lain Muhammad bin Ahmad bin Mahbub.
3.      Karya-karyanya
Beliau menyusun satu kitab sunan dan Kitab ‘ilalul-Hadis. Kitab sunan ini sangat bagus sekali banyak faedahnya dan hukum-hukumnya lebih tertib. Setelah selesai kitab ini ditulis menurut pengakuan beliau sendiri dikemukakan kepada ulama-ulama Hijaz, Irak dan Khurasan dan ulama-ulama tersebut meridhoinya serta menerimanya dengan baik. “barang siapa yang menyimpan kitab saya ini dirumahnya”, kata beliau “seolah-olah dirumahnya ada seorang Nabi yang selalu bicara”. Pada akhir kitabnya bahwa beliau menerangkan bahwa semua hadis yang terdapat dalam kitab ini adalah ma’mul (dapat diamalkan)[13].
Dengan kesungguhan al-Tirmizi dalam menggali Hadis dan ilmu pengetahuan ada pula karya-karyanya yang lain yaitu:
Kitab al-Jami’ al-Shahih
a.       Kitab ‘illal
b.      Kitab tarikh
c.       Kitab al-Zuhud
d.      Kitab al-Asma’ wa al-Kuna, dll.

4.      Beliau Wafat
Beliau wafat di Turmudz pada akhir rajab tahun 279 H. (892 M).[14]

  1. Imam Al-Nasa’iy
1.      Nama dan Tanggal Lahirnya
Imam Nasa’iy nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdir Rahman Ahmad bin Syu’aib Bahr. Nama beliau dinisbatkan kepada kota tempat beliau dilahirkan. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H di kota Nasa yang masih termasuk wilayah Khurasan.
Seorang muhaddis putra Nasa yang pintar, wir’iy lagi taqwa ini memilih negara Mesir sebagai tempat untuk bermikim dalam menyiarkan hadis-hadis kepada masyarakat.[15]
Di kota Nasa beliau tumbuh melalui masa kanak-kanaknya dan disini juga beliau memulai aktivitas pendidikannya dengan mulai menghafal al-Qur’an dan menerima sebagai disiplin ilmu dari guru-gurunya.[16]

2.      Karya-karyanya
Karya beliau yang utama adalah Sunnanul-Kubra yang akhirnya terkenal dengan nama Sunan an-Nasa’y. kitab sunan ini adalah kitab yang muncul setelah Shahihain yang paling sedikit Hadis doifnya.
Setelah Imam Nasa’y selesai menyusun sunan Kubranya, beliau lalu menyerahkannya kepada Amir ar-Ramlah. Kata Amir: Hai Abu ‘abdur-Rahman apakah hadis-hadis yang saudara lukiskan itu shahih semuanya? Ada yang shahih dan ada yang tidak, sahutnya. Kalau demikian kata Amir pisahkanlah yang shahih-shahih saja atas perintah Amir ini maka beliau berusaha menyelesaikannya, kemudian dihimpunnya hadis-hadis pilihan ini dengan nama al-Mujtaba (pilihan).
3.      Tanggal Wafatnya
Beliau wafat pada hari senin, tanggal 13 bulan Shafar, tahun 303 H (915 M) di Ramlah. Menurut suatu pendapat meninggal di Mekkah yakni saat beliau mendapat percobaan di Damsyik, meminta supaya di bawa ke Mekah, sampai beliau meninggal dan kemudian dikebumikan disuatu tempat antar Syafa dan Marwa.[17]




  1. Imam Ibn Majah
1.      Nama dan Tanggal Lahirnya
Ibn Majah adalah nama nenek moyang yang berasal dari kota Qozwin, salah satu kota di Iran. Nama lengkap Imam hadis yang terkenal dengan sebutan neneknya ini adalah Abu ‘Abdillah bin Yazid ibnu Majah. Beliau dilahirkan di Qazwin pada tahun 207 H (824 M).
Sebagaimana halnya pada muhaddisin dalam mencari hadis-hadis memerlukan perantauan ilmiah, maka beliaupun berkeliling di beberapa negeri untuk menemui dan berguru hadis kepada para ulama Hadis.[18]
2.      Karya-karya Beliau
Beliau menyusun kitab sunan yang kemudian terkenal dengan nama sunan ibn Majah. Sunan ini merupakan salah satu sunan yang empat dalam sunan ini banyak terdapat hadis doif.
3.      Tanggal Wafatnya
Beliau wafat pada hari Selasa, bulan Ramadhan tahun 273 H (887 M).

  1. Muwatta’ Imam Malik
1.      Nama Lengkap dan Tanggal Kelahirannya
Nama lengkap Imam Abu ‘Abdillah Malik bin Anas bin Malik adalah seorang imam Darul Hijrah dan seorang faqih, pemuka mazhab Malikiyah. Nenek moyangnya Abu Amir adalah seorang sahabat yang selalu mengikuti  seluruh peperangan yang terjadi pada zaman Nabi kecuali perang Badar. Sedangkan kakeknya Malik adalah seorang tabi’in yang besar dan fuqaha kenamaan dan salah seorang dari empat orang tabi’in yang jenazahnya dihusung sendiri oleh khalifah Utsman ke tempat pemakamannya.
Imam Malik bin Anas dilahirkan pada tahun 93 H di kota Madinah, setelah tak tahan lagi menunggu didalam rahim ibunya selama tiga tahun.[19]
Tentang tahun kelahirannya terdapat perbedaan pendapat dikalangan para sejarawan ada yang menyatakan 90 H, 93 H, 94 H dan adapula yang menyatakan 97 H, tetapi mayoritas sejarahwan lebih cendrung menyatakan beliau lahir tahun 93 H pada masa khlaifah Sulaiman Bin Abdul Malik ibn Marwan dan meninggal tahun 179 H.
Imam Malik menikah dengan seorang hamba yang melahirkan tiga anak laki-laki (Muhammad, Hammad, dan Yahya) dan seorang anak perempuan yaitu Fatimah yang mendapat julukan Ummu al-Mu’minin. Menurut Abu Umar Fatimah termasuk diantara anak-anaknya yang dengan tekun mempelajari dan menghafal dengan baik kitab al-Muwatta’.   
2.      Pribadinya
Imam Malik memiliki budi pekerti yang luhur, sopan, lemah lembut, suka menolong orang yang kesusahan dan suka berderma kepada fakir miskin.  Beliau juga termasuk orang yang pendiam, tidak suka membual dan berbicara seperlunya sehingga dihormati oleh orang banyak.
Namun dibalik kelembutan sikapnya beliau memiliki kepribadian yang sangat kuat dan kokoh dalam pendirian. Beberapa hal yang bisa menjadi bukti adalah: pertama penolakan Imam Malik untuk datang ke istana, khalifah Harun al-Rasit dan menjadi guru menjadi keluarga mereka. Bagi Imam Malik semua orang yang membutuhkan ilmu harus datang kepada guru dan ilmu tidak mendatangi muridnya serta tidak perlu secara eksklusif disendirikan, meski mereka adalah penguasa, kedua, Imam Malik pernah dicambuk 70 kali oleh gubernur Madinah ja’far ibn Sulaiman ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas, paman dari khalifah Ja’far al Mansur karena menolak mengikuti pandangan Ja’far ibn Sulaiman.[20]
Bahkan dalam sebuah riwayat diceritakan  Imam Malik di dera dengan cemeti sehingga tulang punggungnya hampir putus dan keluar dari lengannya dan tulang belakangnya hampir remuk. Setelah itu beliau diikat diatas punggung unta dan diarak keliling Madinah, supaya beliau malu dan mencabut fatwa-fatwanya yang berbeda dengan penguasa, tetapi Imam Malik tetap menolaknya. Ketiga, meski tiga khalifah (ja’far al-Mansur, al-Mahdi, dan Harun al-Rasid) telah meminta Imam Malik menjadikan al-Muwatta’ sebagai kitab resmi negara namun tiga kali Imam Malik menolak permintaan mereka.[21]
Ia berasal dari perawi Hadis. Paman, kakek dan buyutnya termasuk perawi Hadis yang cukup terkenal di kota Madinah dan mereka banyak memberikan pelajaran kepada  Imam Malik. Sehingga pada giliran selanjutnya ia muncul sebagai pewaris dari kakek dan buyutnya itu yaitu menjadi seorang perawi Hadis. Disamping sebagai seorang fakih yang banyak mendasarkan pemikiran-pemikiran hukumnya kepada hadis (sunnah).
Dimasa kanak-kanak selain mendapatkan pelajaran dari kakek dan pamannya, Imam Malik juga berguru kepada para ulama di Madinah. Seperti Abdullah ibn Yazid ibn Syihab al-Zuhry, Rabi’ah ibn Abd al-Rahman dan Nafi Aula ibn Umar dan majelis Ja’far Siddik juga dikunjunginya. Dalam masa itu telah tampak pada dirinya suatu potensi inteligensi yang tinggi. Hal ini terbukti pada umur 17 tahun ia telah diakui sebagai seorang yang berkompeten dalam pengajaran Hadis. Menurut Abu Zahwu konon Imam Malik mempunyai 900 orang guru yang terbagi kepada dua golongan yaitu 300 orang dari kalangan tabi’in dan 600 orang dari kalangan tabi’ tabi’in yang diakui ketakwaannya sesuai dengan bidang ilmu yang diakuinya. Setelah selama 86 tahun ia menjalani hidupnya dengan segala sumbangsih yang telah diberikannya kepada umat Islam, Imam Malik dipanggil oleh yang maha kuasa kehadirat-Nya. Ia meninggal pada hari Ahad, bulan rabiul Awal 179 H di Madinah.
Lahirnya Muwatta’ oleh Imam Malik disebabkan paling tidak oleh dua alasan. Pertama, karena permintaan khalifah Dinasti Abbasiyah yaitu Abu Ja’far al-Mansur kepada Imam Malik pada tahun 144 H agar beliau mengumpulkan dan menulis hadis-hadis yang dimilikinya dan kemudian membukukannya dalam suatu kitab sebagai rujukan bagi komunitas muslim dalam usaha menjawab seputar masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan khususnya yang berkaitan dengan masalah-masalah fiqhiyah artinya hal tersebut ditujukan untuk mempermudah umat dalam mencari jawaban sekitar permasalahan-permasalahan (khususnya yang berkaitan dengan masalah-masalah fiqhiyah) dalam Hadis-hadis Nabi SAW. Kedua, karena kitab itu setelah selesai ditulis oleh Imam Malik diajukan kepada guru-gurunya lalu mereke kemudian menyetujuinya sehingga dinamakanlah tulisan (baca: kitab) itu dengan al-Muwatta’ (secara etimologi berarti: yang disetujui).[22]
3.      Karya-karyanya
Karya beliau yang sangat gemilang dalam bidang ilmu Hadis adalah kitab al-Muwatta’ tersebut ditulis pada tahun 144 M. atas anjuran khalifah Ja’far al-Mansur sewaktu bertemu di saat-saat menunaikan ibadah haji. Menurut penelitian dan perhitungan yang dilakukan oleh Abu Bakar al-Abhary jumlah Atsar Rasulullah SAW sahabat dan tabi’in yang tercantum dalam kitab  Muwatta’ sejumlah 1720 buah dengan perincian sebagai berikut.
Yang musnad sebanyak 600 buah, yang mursal sebanyak 222 buah yang mauquf sebanyak 613 buah dan yang magthu’ sebanyak 285 buah.
Ulama-ulama yang kemudian mensyarahkan kitab muwatta’ antara lain: ‘Abdil-Barr dengan nama at-Tamhid wal Istidkar Abul Walid, dengan nama “al-Mu’ib” Az-Zarqany dan ad-Dahlawy dengan nama “al-Musawwa”. Disamping itu banyak ulama yang menyusun biografi rawi-rawi Imam Malik dan mensyarahkan lafadz gharib yang terdapat dalam kitab al-Muwatta’.[23]
4.      Guru-guru dan Murid-muridnya
Sejak kecil atas dukungan orang tuanya khususnya ibunya beliau bergurau kepada para ulama di Madinah, karena kota Madinah pada masa itu adalah pusat ilmu pengetahuan agama Islam dan karena ditempat inilah banyak tabi’in yang berguru dari sahabat-sahabat Nabi dan banyak ulama dari berbagai penjuru dunia berdatangan untuk berguru dan bertukar pikiran. Imam Malik pernah belajar kepada  900 guru. Menurut Amir Khuli diantara guru-gurunya yang terkemuka adalah:
a.       Rabiah al-Ra’yi bin Abi Abdurrahman furuh al Madani (w. 136 H). rabiah adalah guru Imam Malik pada waktu kecil yang mengajari Imam Malik tentang akhlak, ilmu fiqh dan ilmu Hadis. Ada 12 riwayat Hadis yang diriwayatkan dengan perincian lima musnad dan satu mursal.[24]
b.      Ibnu Hurmuz Abu Bakar bin Yazid (w. 147 H). Imam Malik berguru kepada Hurmuz selama kurang lebih 8 tahun dalam ilmu kalam, ilmu I’tikad dan ilmu fiqh dan mendapatkan 54-57 hadis darinya.[25]
c.       Ibnu Syibah  al-Zuhry (w. 124 H)
d.      Nafi Ibn Surajis Abdullah al-Jaelani (w. 120 H)
e.       Ja’far Sidiq ibn Muhammad ibn Ali al-Husain ibn Ali Abi Thalib al-Madani (w. 148 H)
f.       Muhammad Ibn Al-Munkadhir ibn al-Hadiri al-Taimy al-Quraisy (w. 131 H)
Murid-murid Imam Malik dapat diklasifikasikan tiga kelompok
a.       Dari kalangan Tabi’in diantaranya Sufyan al-Sauri, al-Lais bin Sa’id, Hammad ibn Zaid, Sufyan ibn Ubainah, Abu Hanifah, Abu Yusuf, Syarik ibn Lahi’ah dan Ismail ibn Khatir.
b.      Dari kalangan tabi’-tabi’in adalah al-Zuhri, Ayub al-Syakhtiyani Abul Aswad
c.       Bukan Tabi’in: Nafi’ ibn Nu’aim, Muhammad Ibn Aljan, Salim ibn Abi ‘Umaiyyah Abu al-Nadri, Maula Umar Ibn Abdullah, al-Syafi’I dan Ibn Mubarok.




  1. Musnad Imam Ahmad
1.      Imam Ahmad bin Hanbal
Nama lengkapnya adalah ab Abdullah Ahmad Ibn Hanbal ibn Hilal as-Syaibani al-Muwarzy, ia lahir pada tanggal 20 Rabil Awal 164 H. bertepatan dengan bulan November 780 M di Bagdad. Ia mempunyai garis keturunan dari nabi Ibrahim yaitu pada silsilah yang ketiga puluh delapan. Ia dibesarkan di Bagdad dan mendapat dari Yazib ibn Harun, Yahya ibn Sa’id sehingga umur 19 tahun. Setelah itu ia melakukan perjalanan ke berbagai negeri seperti Mekkah, Madinah, Syam, Yaman, Basrah untuk menuntut ilmu kebeberapa ulama baik dibidang Hadis maupun ilmu kalam.[26]
Ia lebih dikenal sebagai seorang ahli Hadis walaupun di bidang ilmu kalam dan Fiqh nama besar juga tidak dapat diabaikan. Dalam ilmu kalam ilmunya lebih bercorak tradisional sebagaimana para ulama salaf pada umumnya. Dalam pemikiran jurisfudensi hukum Islam (fiqh) ia sangat berpegang teguh kepada Sunnag Rasulullah SAW yang dijadikannya sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Menurutnya Sunnah merupakan tafsiran dari al-Qur’an antara sunnah dan al-Qur’an selanjutnya tidak terdapat pertentangan sama sekali.

Nama besarnya dalam pemikiran hukum Islam terukir bersama salah satu nama mazhab yang terkenal di dunia Islam yaitu mazhab Hanbali. Pemikiran-pemikirannya lebih lanjut dapat dilihat pada pemikiran ibn taimiyah dan murid ibn Qoyyim dua ulama abad pertengahan yang pemikiran-pemikiran banyak dipengaruhi oleh Ahmad Ibn Hanbal. Dalam pengalaman ibadah ia dikenal sebagai seorang yang wara’. Konon salat sunatnya tidak kurang dari 300 rakaat setiap hari, manakala ia sehat, dan dikala sakitpun ia salat sunatnya tidak kurang dari 150 rakaat setiap hari.[27] Ia senantiasa menjaga dirinya dari hadas kecil dan besar. Baginya kebersihan merupakan salah satu cerminan dari keimanan.
Selama hidupnya Ahmad ibn Hanbal banyak menulis sejumlah karya-karya dalam berbagai bidang ilmu, diantaranya; Al-‘illal wa Ma’rifah ar-Rijab, Tarikh al-Nasikh al-Mansukh, at-Tafsir al-Manasiq, al-Asiribah, al-Zuhud, kitab Fadail as-Sahabat, dll.
Pemikiran-pemikirannya juga banyak mempengaruhi pemikiran ulama sesudahnya, diantarnya: Bukhari, Muslim, Abu Wafa’, ibn ‘Aqil dan ibn Taimiyah.
Setelah menjalani masa hidup sekitar 75 tahun ia wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal 241 H. bertepatan pada tanggal 31 Juli 855 M di Bagdad. Ia meninggalkan dua orang putra yaitu Abdullah dan Salih. Nama besarnya selalu dikenang oleh dunia khususnya dunia Islam dan pemikiran-pemikirannya selalu hidup dalam jiwa para pengikutnya khususnya golongan Hanabillah.[28]
2.      Perhatiannya Terhadap Ilmu Hadis
Sebagian seorang muhaddis yang selalu menghormati dan menjunjung tinggi Hadis Rasulullah SAW. Beliau bila hendak memberikan hadis, berwudhu lebih dulu kemudian duduk diatas alas shalat dengan tengan dan tawadhu’. Beliau benci sekali memberikan hadis sambil berdiri, ditengah jalan atau tergesa-gesa.
3.      Guru-guru dan murid-muridnya
Beliau mengambil Hadis secara qira’ah dari Nafi Bin Abi Nu’aim, Az-Zuhry, Nafi pelayan ibn Umar r.a dan lain sebagainya.
Ulama-ulama yang pernah berguru kepadanya antara lain: al-Auza’iy, Sufyan ats-Tsaury, Sufyan bin ‘Uyainah, Ibnu’l Mubarok, Asy-Syafi’iy dan lain sebgainya.
4.      Keimanan dan Pujian para Ulama Kepadanya
Disamping kehliannya dibidang ilmu Fiqh seluruh ulama telah mengakuinya sebagai muhaddis yang tangguh. Seluruh warga negara Hijaz memberikan gelar kehormatan baginya “Sayyidi Fuqha’il-Hijaz”
Imam asy-Syafi’iy memujinya sebagai berikut:
“Apabila dibicarakan soal keulamaan maka Malik jugalah bintangnya” tidak ada seorang yang lebih terpercaya dalam ilmu Allah dari pada Imam Malik. Imam Malik dan ibn Uyainah adalah dua orang sekawan yang andai kata dua orang tersebut tidak ada niscaya hilang pula ilmu orang-orang Hijaz.
Imam Malik bin Said al-Qahthan dan Imam Yahya bin Ma’in menggelarinya sebagai Amirul Mukminin fil Hadis. Imam Bukhari bahwa sanad yang dikatakan Asbhabul asnid ialah bila sanad itu terdiri dari Malik, Nari’ dan Ibn Umar r.a. sebagai seorang muhaddisin yang konsekuen dengan ilmu yang dimilikinya beliau tidak pernah melalikan berjamaah, selalu aktif menjenguk kawan-kawannya yang sedang sakit dan selalu melaksanakan kewajiban yang lain. Beliau terkenal sebagai ulama yang keras dalam mempertahankan pendapatnya, bila dianggap benar. Beliau pernah diadukan orang kepada khalifah Ja’far bin Sulaiman paman Ja’far al-Mansur dengan tujuan pembai’atan khalifah.
Menurut ibnu Jauzi beliau disiksa dengan dicambuk 70 kali sampai ruas lengannya sebelah atas bergeser dari persendian pundaknya. Siksa ini dilakukan disebabkan fatwa nya tidak sesuai dengan kehendak khalifah. Akibat dari penyiksaan ini, namanya bukan menjadi pudar tetapi bahkan menjadi harum dan martabatnya menjadi tinggi dikalangan para ahli ilmu.







  1. Kesimpulan
a.       Yang dimaksud dengan istilah mukhrrij as-sittah ini adalah bahwa matan hadits yang disebutkan dengan dengannya adalah diriwayatkan oleh enam orang perawi hadits yaitu: Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’I dan Ibnu Majah
b.      Imam Bukhari ini ialah Al-Imam Ab-‘Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Al-Mughirah Al-Bukhari (194-256 H).
c.       Nama lengkap Imam Muslim adalah Abul-Husain Muslim Bin Al-Hajaj Al-Qusyairy
d.      Nama Lengkap Abu Dawud Ialah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq As-Sajistany. Beliau di nisbatkan kepada tempat kelahirannya yaitu Sijistani (terletak antara Iran dan Afganisthan) beliau dilahirakan di kota tersebut pada tahun 202 H .
e.       Imam al-Tirmizi memiliki nama lengkap Abu’Isa Muhammad ibn Saurah ibn Musa ibn al-Dahhak al-Sulami al-Bugi al-Tirmiji. Beliau adalah seorang Muhaddis yang dilahirkan dikota al-Turmuz, sebuah kota kecil di pinggir Utara Iran.
f.       Imam Nasa’iy nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdir Rahman Ahmad bin Syu’aib Bahr. Nama beliau dinisbatkan kepada kota tempat beliau dilahirkan. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H di kota Nasa yang masih termasuk wilayah Khurasan
g.      Nama lengkap Imam Abu ‘Abdillah Malik bin Anas bin Malik adalah seorang imam Darul Hijrah dan seorang faqih, pemuka mazhab Malikiyah
h.      Nama lengkapnya adalah ab Abdullah Ahmad Ibn Hanbal ibn Hilal as-Syaibani al-Muwarzy, ia lahir pada tanggal 20 Rabil Awal 164 H. bertepatan dengan bulan November 780 M di Bagdad. Ia mempunyai garis keturunan dari nabi Ibrahim.



[1] Nawir Yuslem, Ulumul Hadits, (Jakarta: PT Mutiara Sumber Widiya,1998) tth
[2] Fatchur Rahman, Ikhtishar Musthalaha Hdits,  (Bangdung: Percetakan Offset, 1970), hlm. 375
[3] Muhammad ‘Ajjaj al-Kitab, Ushul Al-Hadis, Ulumul wa Mustalahul, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1975)
[4]  Muhammad Ajjaj, Op.Cit., hlm. 43.
[5] M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: 2003), hlm. 45-47.
[6] Fathur Rahman, Op. CIt, hlm. 377.
[7] Ibid.
[8] M. Abdurrahman, Op.Cit. hlm. 60.
[9] Fatchur Rahman, Op.Cit, hlm. 380.
[10] M. Abdur Rahman, Op-Cit, hlm. 88-92.
[11] Fatchur Rahman, Loc.Cit. hlm. 80.
[12] M. Abdur Rahman, Loc Cit. hlm.
[13] Ustadz Bey Arifin, Op.Cit, hlm. 104
[14] Ftchur Rahman, Loc. Cit.
[15] Fatchur Rahman, Loc.Cit.
[16]  Ustad Bey Arifin dan Yunus Ali Al-Muhdhar, Sunan An-Nasa’I, (Semarang: CV. Asy Syifa’, 1992), hlm. 131
[17] Ustadz Bey Arifin, Ibid,  hlm. 132
[18] Fatchur Rahman, Loc.Cit. hlm. 383.
[19] Ibid..
[20] Fatchur Rahman, Log.Cit. hlm. 387.
[21] Bisri Musthofa, Muwatta’ al-Imam Malik
[22] Moenawar Cholil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab, Jakarta: Bulan Bintang, 1990. hlm. 110.
[23] Fatchur Rahman, Loc.Cit. hlm. 3.
[24] M.  Abdur Rahman, Op. Cit, 75
[25] Ibid.