BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di antara makhluk hidup yang di ciptakan Tuhan Yang Maha
Esa, manusia merupakan makhluk yang paling sempurna. Manusia membutuhkan
pekerjaan agar memperoleh penghasilan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Di
antara manusia tersebut ada beberapa orang yang mendapat kesempatan dan mampu
menciptakan lapangan kerja sendiri bahkan dapat membuka lapangan kerja untuk
orang lain.
Dalam rangka pemerataan hasil-hasil pembangunan perlu
lebih di tingkatkan dan diperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan.
Salah satunya dengan wirausaha, kita sering mendengar bahkan mengucap istilah
Kewirausahaan tetapi kita tidak mengetahui sejarah dan perkembangan kewirausahaan tersebut, maka untuk itu
makalah ini akan mengupas tentang sejarah dan perkembangan kewirausahaan
tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
sejarah serta perkembangan kewirausahaan?
C.
Tujuan
Makalah
1. Untuk
memahami sejarah dan perkembangan kewirausahaan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Istilah
Kewirausahaan
Istilah
wiraswasta sering dipakai tumpang tindih dengan istilah wirausaha. Di dalam
literatur dapat dilihat bahwa pengertian wiraswasta sama denga wirausaha,
demikian wirausaha seperti sama dengan wiraswasta.
Istilah
wiraswastawan ada menghubungkannya dengan istilah saudagar. Walaupun sama
artinya dalam bahasa sanskerta, tetapi maknanya berlainan. Wiraswasta terdiri
atas tiga kata : wira , swa, dan sta, masing-masing berarti wira adalah manusia unggul, teladan,
berbudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan/pendekar kemajuan, dan memiliki
keagungan watak; swa artinya sendiri;
dan sta artinya berdiri. Sedangkan
saudagar terdiri dari dua suku kata. Sau berarti
seribu, dan dagar artinya akal. Jadi,
saudagar berarti seribu akal. [1]
Jadi,
bertolak dari ungkapan etimologis diatas, maka wiraswasta berarti keberanian,
keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan
permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada dirinya.
Kemudian
istilah wirausaha yang asal terjemahannya dari entrepreneur (bahasa prancis)
yang diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan arti between taker atau go-between.
B.
Sejarah
dan Perkembangan Kewirausahaan
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak
diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah
kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal
pada akhir abad 20.
Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenal
dengan ondernemer,
di Jerman dikenal dengan unternehmer.
Sejarah kewirausahaan dapat dibagi dalam beberapa
periode:
1.
Periode
awal
Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang
dimotori oleh pengusaha
sebagai go-between adalah Marco polo, yang mencoba untuk mengembangkan
rute perdagangan hingga timur jauh.[2] Dalam masanya, terdapat dua pihak yakni pihak pasif dan
pihak aktif. Pihak pasif bertindak sebagai pemilik modal dan mereka mengambil
keuntungan yang sangat banyak terhadap pihak aktif.
Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang menggunakan modal
tersebut untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi
lautan. Mereka menghadapi banyak resiko baik fisik maupun
sosial akan tetapi keuntungan yang diperoleh sebesar 25%. Yang selanjutnya akan
dibedakan antara pemilik modal dengan wirausaha atau yang menjalankan usaha
tersebut
2.
Abad
pertengahan
Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada
masa ini wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek besar. Mereka
tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka menggunakan sumber daya yang
diberikan, yang biasanya yang diberikan oleh pemerintah. Tipe wirausahaawan
yang menonjol antara lain orang yang bekerja dalam bidang
arsitektural (baik arsiteknya sebagai perancang yang
menjual jasa ataupun pekerja yang mengerjakan jasa tersebut dan yang memberikan
modal sekaligus menjadi manajer bagi mereka)
3.
Abad
17
Di abad 17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan
bahwa seorang wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat
perilaku mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun menjual dengan harga
yang tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi resiko.[3]
4.
Abad
18
Berlanjut di abad ke 18, seorang wirausahawan tidak
dilekatkan pada pemilik modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang
membutuhkan modal. Wirausahawan akan membutuhkan dana untuk memajukan dan
mewujudkan inovasinya. Pada masa itu dibedakan antara pemilik modal dan wirausahawan
sebagai seorang penemu.
para ahli membedakan
pengertian investor (venture capitalist) atau orang yang memiliki modal dengan
orang yang membutuhkan modal atau wirausaha. Salah satu penyebab terjadi
pemisahan ini adalah karena revolusi industri yang melanda dunia. Berbagai
penemuan terjadi pada abad ini sebagai reaksi terhadap perubahan dunia.
Seperti Eli Whitney dan Thomas Edison, kedua orang ini
berhasil mengembangkan era teknologi baru tetapi mereka tidak mempunyai modal
untuk membiayai riset mereka dan penelitian mereka. Eli Whitney membiayai mesin
pemisah kapas dari bijinya dengan menggunakan pinjaman pemerintah, sedangkan
Thomas Edison membiayai usaha riset listrik dan kimianya dari sumber dana
perseorangan (private source). Baik Eli maupun Thomas adalah pengguna modal
(wirausaha) bukan sebagai pemasok dana (venture capitalist). Seorang pemasok
dana adalah seorang manajer keuangan professional yang menginvestasikan uangnya pada investasi yang beresiko dalam
bentuk penyertaan modal untuk mendapatkan hasil yang tinggi dari investasi tersebut.
5.
Abad
19
Sedangkan di abad ke 19 dan awal
abad 20, wirausahawan didefinisikan
sebagai seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk
meningkatkan pertambahan nilai personal.
Dimana,
Wirausaha tidak dibedakan dengan
manajer dan hanya dilihat dari pandangan ekonom. Wirausaha mengorganisir dan mengoperasikan perusahaan untuk manfaat pribadi. Ia
membiayai bahan baku yang digunakan dalam bisnis, tanah, gaji karyawan, dan
modal yang diperlukan. Ia memberikan kontribusi inisiatif, keahlian dalam
pembuatan perencanaan, pengorganisasian, dan administratur perusahaan. Ia harus
menanggung resiko rugi karena hal-hal yang tidak dapat dikontrolnya. Nilai
bersih keuntungan pada akhir tahun atau masa menjadi keuntungannya. Wirausaha
yang dikenal pada masa ini adalah Andrew Carnegie, ia tidak menemukan sesuatu
tetapi hanya mengadopsi dan membentuk teknologi baru dan produk menjadi penting
dan menghasilkan. Ia berhasil membawa industri baja Amerika menjadi industri
yang tidak henti-hentinya ketimbang menghasilkan suatu penemuan atau
kreativitas tertentu.
6.
Abad
20
sampai sekarang
Pada abad ini, gagasan wirausaha sebagai penemu mulai dikenalkan; Fungsi
wirausaha adalah untuk melakukan reformasi atau revolusi pola-pola produksi
dengan mengeksploitasi penemuan atau, secara umum, menggunakan teknologi baru
(yang sebenarnya belum pernah dicoba orang lain) untuk menghasilkan produk baru
atau menghasilkan produk lama dengan cara baru, membuka sumber bahan baku baru,
membuka pasar baru, dengan mengorganisir kembali industri yang ada sekarang.
Konsep inovasi sangat menonjol pada masa ini. Inovasi untuk mengenalkan
sesuatu yang baru adalah sebagian dari tugas berat
wirausaha. Inovasi tidak saja membutuhkan kemampuan untuk menghasilkan dan
mengembangkan konsep tetapi juga harus mengerti segala kekuatan yang bekerja
atau terdapat di lingkungan (sekitarnya). Sesuatu yang baru bisa berupa produk
baru atau sebuah sistem baru, untuk simplikasi struktur organisasi baru.
Kemampuan inovasi adalah sebuah instinks yang membedakan seseorang dengan orang
lain.
Jadi
Sedangkan
Ilmu kewirausahaan di Indonesia baru dikenalkan pada
akhir abad ke 20, namun praktiknya sudah sejak dulu ada, bahkan sejak jaman
colonial kegiatan perniagaan dan bisnis sudah ada di Indonesia. Pada akhir abad
20, pendidikan kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah dan
perguruan tinggi saja. Pendidikan kewirausahaan melalui pendidikan formal
maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat semakin berkembang
seiring dengan perkembangan dan tantangan ekonomi seperti krisis moneter yang
sempat melanda di akhir tahun 90-an.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Periode Awal,
Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang
dimotori oleh Marcopolo. Dalam masanya, terdapat dua pihak pasif dan pihak
aktif. Pihak pasif bertindak sebagai pemilik modal dan mereka mengambil
keuntungan yang sangat banyak terhadap pihak aktif. Abad Pertengahan,
Kewirausahaan berkembang di
periode pertengahan, pada masa ini wirausahawan dilekatkan pada aktor dan
seorang yang mengatur peroyek besar. Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko
namun mereka menggunakan sumberdaya yang diberikan, yang biasanya diberikan
oleh pemerintah. Tipe wirausahawan yang menonjol antara orang yang bekerja
dalam bidang arsitektural. dengan menghadapi resiko.
Di abad 17 seorang
ekonom, Richard Cantillon, menegaskan bahwa seorang wirausahawan adalah seorang
pengambil resiko, dengan melihat perilaku mereka yakni membeli pada harga yang
tetap namun menjual dengan harga yang tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang
disebut dengan menghadapi resiko. Berlanjut ke
abad 18, seorang
wirausahawan tidak dilekatkan pada pemilik modal, tetapi dilekatkan pada
orang-orang yang membutuhkan modal. Wirausahawan akan membutuhkan dana untuk
memajukan dan mewujudkan inovasinya. Pada masa itu dibedakan antara pemilik
modal dan wirausahawan sebagai seorang penemu. Sedangkan di abad 19 dan akhir
20,
Wirausahawan didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan dan
mengatur perusahaan untuk meningkatkan pertambahan nilai personal.
Pada abad 20, inovasi
melekat erat pada wirausahawan di masa sekarang.
Di Indonesia kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada
beberapa sekolah atau perguruan tinggi. Dilandasi dengan terbitnya Inpres no.4
tahun 1995 tentang Gerakan Nasional memasyarakatkan dan membudayakan
Kewirausahaan.
B.
SARAN
Dengan membaca dan memahami Sejarah
dan perkembangan kewirausahaan diatas hendaknya kita mampu memahami
serta mempraktekkannya dalam
berwirausaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.