MANUNGGALING KAWULO GUSTI, KRENTEG ATI BAKAL DUMADI



MANUNGGALING KAWULO GUSTI, KRENTEG ATI BAKAL DUMADI

"Bersatunya abdi dengan Tuhan nya, keinginan kuat (niat) hati akan terwujud"

Wahdatul wujud yang dalam bahasa jawanya disebut Manunggaling kawula Gusti memiliki arti bersatunya makhluk dengan Tuhannya. Wahda dari kata wahid yang artinya satu yang bermakna menyatukan dirinya hingga tidak ada yang tersisa dari dirinya kecuali sifat Allah SWT dan dirinya ada karena keberadaan Allah SWT. Penyatuan ini terjadi karena telah mengikuti perintah Allah SWT dengan ikhlas.
Konsep Wahdatul Wujud adalah sebuah konsep ajaran tauhid dalam Islam, dimana kedudukan makhluk tertinggi dilihat dari kedekatannya kepada Allah SWT. Kedekatan sang makhluq kepada Khaliq-nya inilah yang menyebabkan dalam berbagai keadaan ia selalu teringat akan sang Khaliq, hingga terbentuklah suatu ungkapan “AKU adalah KAU, KAU adalah AKU, maksudnya tanpa Allah SWT (KAU) aku tidak akan pernah ada.
Berdasarkan ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasul saw dan ahlulbaitnya, setiap ibadah dalam Islam memiliki 2 sisi, yaitu sisi fisik dan non fisik. Ajaran Islam dari sisi fisik contohnya sholat, puasa, membaca Al Qur’an dan sebagainya, sementara dari sisi non fisik adalah makna dari semua amalan fisik yang kita kerjakan.
Manunggaling Kawula Gusti atau Wahdatul Wujud bagi mereka yang mempelajari Islam hanya sekedar simbol atau hanya dari penampakan luarnya saja, akan mengatakan bahwa ajaran ini sesat. Seperti yang terjadi pada kasus al Hallaj, yang di penjara kemudian di gantung pada masa pemerintahan sultan al Muqtadir dari Bani Abasiyah dengan tuduhan yang terkait politik dan fitnah ajaran sesat.

Inti ajaran Manunggaling Kawula Gusti bukan mengaku dirinya Tuhan, tapi suatu tahap dalam kehidupan seorang mukmin yang karena kedekatan kepada Tuhannya dalam segala tindak tanduknya, ia merasakan hadirnya Allah dalam dirinya, dalam nafasnya, dalam duduknya, tidurnya, setiap detik dan tarikan nafasnya yang ia rasakan hanyalah kehadiran Allah SWT. Konsep manunggaling kawula gusti menjadikan agama sebagai ruh kehidupan/landasan dalam melakukan segala kegiatan. Karena memang seharusnya segala kegiatan kita ditujukan untuk ibadah, dan selalu menyadari bahwa Allah SWT selalu bersama dan mengawasi kita selama 24 jam.