BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam perspektif sistem, sistem
politik adalah subsistem dari sistem sosial.1 Perspektif atau pendekatan sistem
melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu system, yakni suatu unit
yang relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif
tetap diantara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif
sistem bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada
kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai
lembaga atau institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai
lembaga negara sebagai pusat kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek,
sedangkan peranan partai politik dan kelompok-kelompok penekan merupakan bagian
lain dari suatu sistem politik. Dengan merubah sudut pandang maka system
politik bisa dilihat sebagai kebudayaan politik, lembaga-lembaga politik, dan
perilaku politik.
Model sistem politik yang paling
sederhana akan menguraikan masukan (input) ke dalam sistem politik, yang
mengubah melalui proses politik menjadi keluaran (output). Dalam model ini
masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus diolah
oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan pelayanan publik yang
diberikan oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat.
Dalam perspektif ini, maka efektifitas sistem politik adalah kemampuannya untuk
menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.
Sistem politik pada suatu negara
terkadang bersifat relatif, hal ini dipengaruhi oleh elemen-elemen yang
membentuk sistem tersebut. Juga faktor sejarah dalam perpolitikan di suatu
negara. Pengaruh sistem politik negara lain juga turut memberi kontribusi pada
pembentukan sistem politik disuatu negara. Seperti halnya sistem politik di
Indonesia, seiring dengan waktu, sistem politik di Indonesia selalu mengalami
perubahan.
Indonesia merupakan bagian dari
sistem politik dunia, dimana sistem politik Indonesia akan berpengaruh pada
sistem politik negara tetangga maupun dalam cakupan lebih luas. Struktur
kelembagaan atau institusi khas Indonesia akan terus berinteraksi secara
dinamis, saling mempengaruhi, sehingga melahirkan sistem politik hanya dimiliki
oleh Indonesia. Namun demikian, kekhasan sistem politik Indonesia belum dapat
dikatakan unggul bila kemampuan positif struktur dan fungsinya belum
diperhitungkan sistem politik negara lain.
Salah satu syarat penting dalam
memahami bagaimana sistem politik Indonesia adalah melalui pengembangan wawasan
dengan melibatkan institusi- institusi nasional dan internasional. Artinya lingkungan
internal dan eksternal sebagai batasan dari suatu sistem politik Indonesia
harus dipahami terlebih dahulu.
Lingkungan internal akan sangat
dipengaruhi oleh budaya politik bangsa Indonesia. Sedangkan budaya politik
sendiri merupakan wujud sintesa peristiwa- peristiwa sejarah yang telah
mengkristal dalam kehidupan masyarakat, diwariskan turun temurun berupa tatanan
nilai dan norma perilaku. Sementara itu, lingkungan eksternal sedikit banyak
mempengaruhi lingkungan internal ketika transformasi budaya berlangsung akibat
peristiwa sejarah semisal penjajahan kolonial maupun bentuk “penjajahan” budaya
pop (pop culture) di era globalisasi.
Mempelajari sistem politik suatu
negara tidak dapat dan tidak pernah berdiri sendiri dari sistem politik negara
lain, setidaknya itulah maksud implisit yang diutarakan David Easton melalui
pendekatan analisa sistem terhadap sistem politik. Sampai kemudian, Gabriel
Almond meneruskannya ke dalam turunan teori sistem politik yang lebih konkrit,
yaitu menggabungkan teori sistem ke dalam struktural- fungsional, barulah kita
mendapatkan pemahaman bagaimana sistem politik seperti di Indonesia
berinteraksi dengan sistem politik lainnya.
Akhirnya, mengingat sebegitu luas
pembicaraan mengenai sistem politik, maka layaknya suatu sistem, kami akan
ciptakan terlebih dahulu batasan-batasannya, yaitu mengenalkan kedua pendekatan
terhadap sistem politik baru kemudian menganalisis sistem politik Indonesia.
Oleh karena itu terlebih dahulu kami akan membahas pendekatan sistem politik
dari teori behavioral. kemudian dilanjutkan dengan pembahasan pendekatan sistem
politik dari sudut teori struktural-fungsional, serta pembahasan pada arti
penting sejarah dalam mempelajari sistem politik Indonesia
B.
Rumusan Masalah
Makalah ini membahas masalah tentang :
1. Apa
Pengertian sistem Politik ?
2.
Bagaimana
Proses Politik Di Indonesia ?
3.
Bagaimana
Sejarah Sistem Politik di Indonesia ?
C.
Tujuan Penulisan
Dengan tersusunnya makalah ini
mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang Pengertian sistem Politik, Proses
Politik Di Indonesia dan Sejarah Sistem Politik di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
sistem Politik
1.
Pengertian
Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang
kompleks dan terorganisasi.
2.
Pengertian
Politik
Politik berasal dari bahasa yunani
yaitu “polis” yang artinya Negara kota. Pada awalnya politik berhubungan dengan
berbagai macam kegiatan dalam Negara/kehidupan Negara. Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara
pemerintahan, dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara.
Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan
pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan
organisasi kemasyarakatan.
Dapat disimpulkan bahwa politik
adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan
kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang
tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
3.
Pengertian
Sistem Politik
Menurut Drs. Sukarno, sistem politik
adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang
berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan
mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu
satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.
Sistem Politik menurut Rusadi
Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat fungsi atau peranan
dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu
proses yang langggeng
4.
Pengertian
Sistem Politik di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan
sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang
berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya-upaya
mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala
prioritasnya.
Politik adalah semua lembaga-lembaga
negara yang tersebut di dalam konstitusi negara ( termasuk fungsi legislatif,
eksekutif, dan yudikatif ). Dalam Penyusunan keputusan-keputusan kebijaksanaan
diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik
antara suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga memudahkan terwujudnya
cita-cita dan tujuan-tujuan masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud
suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga Negara. Lembaga-lembaga tersebut
di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil
Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga
ini yang akan membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kepentingan
umum
Badan yang ada di masyarakat seperti
Parpol, Ormas, media massa, Kelompok kepentingan (Interest Group), Kelompok
Penekan (Presure Group), Alat/Media Komunikasi Politik, Tokoh Politik
(Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah merupakan infrastruktur
politik, melalui badan-badan inilah masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya.
Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam proses pembuatan keputusan. Dengan
adanya partisipasi masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat pemerintah sesuai
dengan aspirasi dan kehendak rakyat.
B. Proses
Politik Di Indonesia
Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses
politiknya bisa dilihat dari masa-masa berikut ini:
1. Masa
prakolonial
2. Masa
kolonial (penjajahan)
3. Masa
Demokrasi Liberal
4. Masa
Demokrasi terpimpin
5. Masa
Demokrasi Pancasila
6. Masa
Reformasi
Masing-masing
masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari aspek:
·
Penyaluran
tuntutan
·
Pemeliharaan
nilai
·
Kapabilitas
·
Integrasi
vertikal
·
Integrasi
horizontal
·
Gaya politik
·
Kepemimpinan
·
Partisipasi
massa
·
Keterlibatan
militer
·
Aparat
negara
·
Stabilita
Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai
berikut :
1. Masa
prakolonial (Kerajaan)
·
Penyaluran
tuntutan – rendah dan terpenuhi
·
Pemeliharaan
nilai – disesuikan dengan penguasa
·
Kapabilitas
– SDA melimpah
·
Integrasi
vertikal – atas bawah
·
Integrasi
horizontal – nampak hanya sesama penguasa kerajaan
·
Gaya politik
– kerajaan
·
Kepemimpinan
– raja, pangeran dan keluarga kerajaan
·
Partisipasi
massa – sangat rendah
·
Keterlibatan
militer – sangat kuat karena berkaitan dengan perang
·
Aparat
negara – loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah
·
Stabilitas –
stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang
2. Masa
kolonial (penjajahan)
·
Penyaluran
tuntutan – rendah dan tidak terpenuhi
·
Pemeliharaan
nilai – sering terjadi pelanggaran ham
·
Kapabilitas
– melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah
·
Integrasi
vertikal – atas bawah tidak harmonis
·
Integrasi
horizontal – harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi
·
Gaya politik
– penjajahan, politik belah bambu (memecah belah)
·
Kepemimpinan
– dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat
·
Partisipasi
massa – sangat rendah bahkan tidak ada
·
Keterlibatan
militer – sangat besar
·
Aparat
negara – loyal kepada penjajah
·
Stabilitas –
stabil tapi dalam kondisi mudah pecah
3. Masa
Demokrasi Liberal
·
Penyaluran
tuntutan – tinggi tapi sistem belum memadani
·
Pemeliharaan
nilai – penghargaan HAM tinggi
·
Kapabilitas
– baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih potensial
·
Integrasi
vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas
·
Integrasi
horizontal- disintegrasi, muncul solidarity makers dan administrator Gaya
politik – ideologis
·
Kepemimpinan
– angkatan sumpah pemuda tahun 1928
·
Partisipasi
massa – sangat tinggi, bahkan muncul kudeta
·
Keterlibatan
militer – militer dikuasai oleh sipil
·
Aparat
negara – loyak kepada kepentingan kelompok atau partai
·
Stabilitas -
instabilitas
4. Masa
Demokrasi terpimpin
·
Penyaluran
tuntutan – tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas
·
Pemeliharaan
nilai – Penghormatan HAM rendah
·
Kapabilitas
– abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju
·
integrasi
vertikal – atas bawah
·
Integrasi
horizontal – berperan solidarity makers,
·
Gaya politik
– ideolog, nasakom
·
Kepemimpinan
– tokoh kharismatik dan paternalistik
·
Partisipasi
massa – dibatasi
·
Keterlibatan
militer – militer masuk ke pemerintahan
·
Aparat
negara – loyal kepada negara
·
Stabilitas -
stabil
·
Kepemimpinan
– angkatan sumpah pemuda tahun 1928
·
Partisipasi
massa – sangat tinggi, bahkan muncul kudeta
·
Keterlibatan
militer – militer dikuasai oleh sipil
·
Aparat
negara – loyak kepada kepentingan kelompok atau partai
·
Stabilitas -
instabilitas
5. Masa
Demokrasi terpimpin
·
Penyaluran
tuntutan – tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas
·
Pemeliharaan
nilai – Penghormatan HAM rendah
·
Kapabilitas
– abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju
·
Integrasi
vertikal – atas bawah
·
Integrasi
horizontal – berperan solidarity makers,
·
Gaya politik
– ideolog, nasakom
·
Kepemimpinan
– tokoh kharismatik dan paternalistik
·
Partisipasi
massa – dibatasi
·
Keterlibatan
militer – militer masuk ke pemerintahan
·
Aparat
negara – loyal kepada negara
·
Stabilitas -
stabil
6. Masa
Demokrasi Pancasila
·
Penyaluran
tuntutan – awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi
·
Pemeliharaan
nilai – terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM
·
Kapabilitas
– sistem terbuka
·
Integrasi
vertikal – atas bawah
·
Integrasi
horizontal – nampak
·
Gaya politik
– intelek, pragmatik, konsep pembangunan
·
Kepemimpinan
– teknokrat dan ABRI
·
Partisipasi
massa – awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi
·
Keterlibatan
militer – merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI
·
Aparat
negara – loyal kepada pemerintah (Golkar)
·
Stabilitas
stabil
7. Masa
Reformasi
·
Penyaluran
tuntutan – tinggi dan terpenuhi
·
Pemeliharaan
nilai – Penghormatan HAM tinggi
·
Kapabilitas
–disesuaikan dengan Otonomi daerah
·
Integrasi
vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas
·
Integrasi
horizontal – nampak, muncul kebebasan (euforia)
·
Gaya politik
– pragmatik
·
Kepemimpinan
– sipil, purnawiranan, politisi
·
Partisipasi
massa – tinggi
·
Keterlibatan
militer – dibatasi
·
Aparat
negara – harus loyal kepada negara bukan pemerintah
·
Stabilitas –
instabil
C. Sejarah
Sistem Politik di Indonesia
Sejarah Sistem Politik Indonesia
bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di dalamnya. Namun dalam
menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi
diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di
dalamnya terdapat interaksi fungsional yaitu proses aliran yang berputar
menjaga eksistensinya. Sistem politik merupakan sistem yang terbuka, karena
sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan dan tekanan.
Dalam melakukan analisis sistem bisa
dengan pendekatan satu segi pandangan saja seperti dari sistem kepartaian,
tetapi juga tidak bisa dilihat dari pendekatan tradisional dengan melakukan
proyeksi sejarah yang hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus
dilakukan dengan pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem,
pelaku-saranan-tujuan dan pengambilan keputusan
Proses politik mengisyaratkan harus
adanya kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem adalah kemampuan sistem untuk
menghadapi kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai keberhasilan dalam
menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli politik
zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal
abad ke-18 dan 19 melihat prestasi politik diukur dari sudut moral. Sedangkan
pada masa modern sekarang ahli politik melihatnya dari tingkat prestasi
(performance level) yaitu seberapa besar pengaruh lingkungan dalam masyarakat,
lingkungan luar masyarakat dan lingkungan internasional.
BAB III
PENUTUP
A. Latar
Belakang
Indonesia adalah negara kesatuan
berbentuk republik, dengan memakai system demokrasi, di mana kedaulatan berada
di tangan rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensil, di mana Presiden berkedudukan sebagai kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan. Para Bapak Bangsa yang meletakkan dasar
pembentukan Negara Indonesia, setelah tercapainya kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945. Mereka sepakat menyatukan rakyat yang berasal dari beragam suku
bangsa, agama, dan budaya yang tersebar di ribuan pulau besar dan kecil, di
bawah payung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia pernah
menjalani sistem pemerintahan federal di bawah Republik Indonesia Serikat (RIS)
selama tujuh bulan (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950), namun kembali ke
bentuk pemerintahan republik. Setelah jatuhnya Orde Baru (1996 - 1997),
pemerintah merespon desakan daerah-daerah terhadap sistem pemerintahan yang
bersifat sangat sentralistis, dengan menawarkan konsep Otonomi Daerah untuk
mewujudkan desentralisasi kekuasaan.
Sistem politik Indonesia diartikan
sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang
berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya-upaya
mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala
prioritasnya.
B.
Saran
Penyusun menyarankan kepada pembaca agar memberi
tanggapan terhadap kekurangan dalam makalah ini sebagai acuan untuk memperbaiki
penyusunan makalah berikutnya.
BAB III
PENUTUP
-
Amir Taat
Nasution, “Kamus Politik Nasional”, Energie, 1953
-
Arbi Sanit,
“Sistem Politik Indonesia: Penghampiran dan Lingkungan”, Yayasan
Ilmu-Ilmu Sosial & FIS-UI, 1980
-
Assosiasi
Ilmu Politik Indonesia, “Jurnal Ilmu Politik”, Gramedia, 1986
-
Theda
Scokpol, “States and Social Revolutions” New York: Cambridge
-
University
Press, 1979
-
Mariam
Budiarjo, dkk, “Dasar-dasar ilmu Politik”, Gramedia, 2003
-
Murshadi
“Ilmu Tata Negara; untuk SLTA kelas III”, Rhineka Putra,
-
bandung,
1999
-
Nugroho
Notosusanto, “Sejarah Nasional Indonesia”, Balai Pustaka, 2008
-
Nazaruddin,
“Profil Budaya Politik Indonesia”, Pustaka Utama, 1991
-
Nazaruddin
Sjamsuddin, “Dinamika Politik Indonesia”, Gramedia Pustaka
-
Utama, 1993
-
Sukarna,
“Sistem Politik Indonesia, Jilid 4”, Mandar Maju, 1993