Silabus Hadist Ekonomi



SILABUS
A.   Identitas Mata Kuliah
  1. Mata Kuliah                             : Hadis Ekonomi
  2. Kode                                        :
  3. Semester                                : IV (Empat)
  4. Jurusan / Prog. Studi              : HES
  5. Jumlah Kredit                          : 2 (dua) SKS
  6. Dosen                                      : Dr. Ali Sati, M.Ag
:
B.   Tujuan Kulikuler
Setelah mengikuti matakuliah Hadis Ekonomi, mahasiswa diharapkan mengetahui dan memahami kandungan atau pesan hadis dan pada gilirannya dapat mempraktekkan  hadis tersebut di tengah-tengah masyarakat maupun menyampaikannya di lembaga pendidikan.
C.   Kompetensi Umum
Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat : 
1.    Mengetahui dan memahami hadis Nabi Saw.
2.    Dapat berperan sebagai agen penyampai hadis Nabi Saw., baik di tengah-tengah masyarakat maupun di lembaga-lembaga pendidikan formal atau informal.

D.   Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini membahas tentang sejarah hadis Nabi Saw., baik yang bersifat tindakan, pernyataan berupa perintah atau larangan, maupun yang bersifat ketetapan (taqririy).
E.    Metode / Pendekatan
Perkuliahan ini akan dilaksanakan dengan metode diskusi / tanya jawab, seminar kelas, talkshow.
F.    Media dan Alat
Media yang digunakan dalam pembelajaran ini Papan Tulis, dan Bahan Ajar, serta Hand Out, in focus.
G.   Evaluasi
Evaluasi dilakukan melalui :
1.    Konigtif, yaitu ujian tengah semester dan ujian akhir semester
2.    Afektif, yaitu kehadiran, prilaku, disiplin serta keaktifan mahasiswa dalam perkuliahan dan seminar kelas

I.                    Profesi  terbaik
Hadis riwayat al-Miqdâm ibn Ma’di Kariba
                عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ صَاحِبِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَنَّهُ قَالَ : مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، قَالَ : وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمَلِ يَدِهِ .
                جواز بيع المرابحة ما ورد في الحديث عن ابن عمر قال سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم أي الكسب أفضل؟ قال: عمل الرجل بيده وكل بيع مبرور.
          عن ابي سعيد الخدري ان الرسول عليه الصلاة والسلام قال (... انما البيع عن تراض).

    II. Penghapusan Cara Jual Beli Mulâmasah Dan Munâbadzah
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
عن أبي هريرة  : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم نهى عن الملامسة والمنابذة
(Diriwayatkan) dari Abi Hurairah ra., bahwa Rasulullah saw. melarang sistem jual beli mulâmasah (wajib membeli jika pembeli telah menyentuh barang dagangan) dan munâbadzah (sistem barter antara dua orang dengan melemparkan barang dagangan masing-masing tanpa memeriksanya). (Shahih Muslim No.2780)
 Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
             أن أبا سعيد الخدري قال : نهانا رسول الله صلى الله عليه و سلم عن بيعتين ولبستين نهى عن الملامسة والمنابذة في البيع والملامسة لمس الرجل ثوب الآخر بيده بالليل أو بالنهار ولا يقلبه إلا بذلك والمنابذة أن ينبذ الرجل الى الرجل بثوبه وينبذ الآخر إليه ثوبه ويكون ذلك بيعهما بغير نظر ولا تراض
             Rasulullah saw. melarang kita melakukan dua macam jual beli dan dua macam pakaian. Beliau melarang mulamasah dan munabadzah dalam jual beli. (Shahih Muslim No.2782)
III. Pengharaman Jual Beli Janin
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.:
عن عبدالله : عن رسول الله صلى الله عليه و سلم أنه نهى عن بيع حبل الحبلة
            Dari Rasulullah saw. bahwa beliau melarang jual beli janin yang dikandung seekor unta. (Shahih Muslim No.2784)
IV. Pengharaman seorang membeli atas pembelian orang lain dan menawar atas penawarannya serta pengharaman najasy dan tashriyah
Hadis riwayat Abdullah ibn ‘Umar ra.:
عن ابن عمر : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( لا يبع الرجل على بيع أخيه ولا يخطب على خطبة أخيه إلا أن يأذن له )
            Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Janganlah seorang muslim menawar atas penawaran saudaranya dan jangan meminang pinangan saudaranya kecualiseizinnya. (Shahih Muslim No.2788)
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
عن ابن عمر : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( لا يبع بعضكم على بيع بعض )
            Bahwa Rasulullah saw. melarang sistem penjualan najasy (meninggikan harga untuk menipu). (Shahih Muslim No.2792)
V. Pengharaman mencegat barang dagangan
            Hadis riwayat Ibnu ‘Abbas ra.:
            عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ تُتَلَقَّى الرُّكْبَانُ وَأَنْ يَبِيعَ حَاضِرٌ لِبَادٍ. قَالَ فَقُلْتُ لاِبْنِ عَبَّاسٍ مَا قَوْلُهُ حَاضِرٌ لِبَادٍ قَالَ لاَ يَكُنْ لَهُ سِمْسَارًا.
            Bahwa Rasulullah saw. melarang mencegat barang dagangan sebelum tiba di pasar. Katanya; apa maksudnya mencegat sebelum sampai di pasar ? Ibn ‘Abbas menjawab:”Jangan sampai ada makelar”.
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
عن أنس ابن مالك قال : نهينا أن يبيع حاضر لباد وإن كان أخاه أو أباه
    Kami dilarang, seorang kota menjual kepada orang desa, meskipun saudaranya atau ayahnya. (Shahih Muslim No.2800)
VI. Hukum penjualan hewan yang di-tashriyah
            Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : { لَا تُصَرُّوا الْإِبِلَ وَالْغَنَمَ .
فَمَنْ ابْتَاعَهَا بَعْدُ فَهُوَ بِخَيْرِ النَّظَرَيْنِ بَعْدَ أَنْ يَحْلُبَهَا ، إنْ شَاءَ أَمْسَكَهَا وَإِنْ شَاءَ رَدَّهَا وَصَاعًا مِنْ تَمْرٍ } .
    Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa membeli seekor kambing yang di-tashriyah (yang tidak diperah susunya agar disangka subur), hendaklah ia membawa kembali lalu memerahnya, jika ia rela dengan susu perahannya, maka ia boleh menahan kambing itu (tidak mengembalikan) dan jika tidak rela, ia boleh mengembalikannya disertai satu sha` kurma. (Shahih Muslim No.2802)
VII. Batal menjual barang sebelum diterima
            Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
            عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنِ ابْتَاعَ طَعَامًا فَلاَ يَبِعْهُ حَتَّى يَقْبِضَهُ ».
            Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa membeli makanan, janganlah menjualnya sampai ia menerimanya dengan sempurna. (Shahih Muslim No.2807)
            Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
            عن ابن عمر رضي الله عنهما قال  : قال النبي صلى الله عليه و سلم ( البيعان بالخيار ما لم يتفرقا أو يقول أحدهما لصاحبه اختر ) . وربما قال ( أو يكون بيع خيار )
            Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Penjual dan pembeli, masing-masing mempunyai hak pilih (untuk mengesahkan transaksi atau membatalkannya) atas pihak lain selama belum berpisah, kecuali jual beli khiyar (kesepakatan memperpanjang masa hak pilih sampai setelah berpisah). (Shahih Muslim No.2821)
VIII. Tentang kejujuran dan keterus-terangan dalam jual beli
             Hadis riwayat Hakim bin Hizam ra.:
            عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا ».
            Dari Nabi saw. beliau bersabda: Penjual dan pembeli memiliki hak pilih selama belum berpisah. Apabila mereka jujur dan mau menerangkan (keadaan barang), mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Dan jika mereka bohong dan menutupi (cacat barang), akan dihapuskan keberkahan jual beli mereka. (Shahih Muslim No.2825)
IX. Orang yang ditipu dalam jual beli
    Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
            عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ يَقُولُ ذَكَرَ رَجُلٌ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ يُخْدَعُ فِى الْبُيُوعِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ بَايَعْتَ فَقُلْ لاَ خِلاَبَةَ ». فَكَانَ إِذَا بَايَعَ يَقُولُ لاَ خِيَابَةَ.
            Seorang lelaki melaporkan kepada Rasulullah saw. bahwa ia tertipu dalam jual beli. Maka Rasulullah saw. bersabda: Katakanlah kepada orang yang kamu ajak berjual-beli: Tidak boleh menipu! Sejak itu jika ia bertransaksi jual beli, ia berkata: Tidak boleh menipu !. (Shahih Muslim No.2826)
X. Larangan menjual buah-buahan yang belum tampak jadinya tanpa syarat untuk dipetik
            Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
            عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنْ بَيْعِ الثَّمَرِ حَتَّى يَبْدُوَ صَلاَحُهَا نَهَى الْبَائِعَ وَالْمُبْتَاعَ.
            Bahwa Rasulullah saw. melarang menjual buah-buahan sebelum tampak jadinya. Beliau melarang pihak penjual dan pembeli. (Shahih Muslim No.2827)
            Hadis riwayat Jabir ra., ia berkata:
            عَنْ جَابِرٍ قَالَ نَهَى - أَوْ نَهَانَا - رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ بَيْعِ الثَّمَرِ حَتَّى يَطِيبَ.
            Rasulullah saw. melarang kami menjual buah-buahan sebelum matang (enak dimakan). (Shahih Muslim No.2831)
            Hadis riwayat Ibnu Abbas r.as.., ia berkata:
            Rasulullah saw. melarang menjual pohon kurma sebelum ia memakan sebagian buahnya atau dimakan orang lain dan sebelum ditimbang. Aku bertanya: Apa yang dimaksud dengan ditimbang? Seorang lelaki yang berada di sebelahnya menjawab: Yaitu ditaksir. (Shahih Muslim No.2833)
            Hadis riwayat Ibu ‘Umar ra., ia berkata:
{ : نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعِ الثِّمَارِ حَتَّى يَبْدُوَ صَلَاحُهَا نَهَى الْبَائِعَ وَالْمُبْتَاعَ } .
    Rasulullah saw. bersabda: Janganlah membeli buah-buahan sebelum tampak matangnya. (Shahih Muslim No.2834)
XI. Haram menjual kurma basah dengan kurma kering kecuali dalam (jual beli) araya (ariah)
            Hadis riwayat Zaid bin Tsabit ra.: Bahwa
            عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ { نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْمُزَابَنَةِ أَنْ يَبِيعَ الرَّجُلُ ثَمَرَ حَائِطِهِ إنْ كَانَ نَخْلًا بِتَمْرٍ كَيْلًا ، وَإِنْ كَانَ كَرْمًا أَنْ يَبِيعَهُ بِزَبِيبٍ كَيْلًا وَإِنْ كَانَ زَرْعًا أَنْ يَبِيعَهُ بِكَيْلِ طَعَامٍ ، نَهَى عَنْ ذَلِكَ كُلِّهِ .
            Rasulullah saw. memberi keringanan kepada pemilik kurma basah untuk menjualnya dengan cara ditaksir dengan kurma kering. (Shahih Muslim No.2838)
            Hadis riwayat Sahal bin Abu Hatsmah ra.:
            عَنْ سَهْلِ بْنِ أَبِي حَثْمَةَ قَالَ { نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعِ الثَّمَرِ بِالتَّمْرِ ، وَرَخَّصَ فِي الْعَرَايَا أَنْ يَشْتَرِيَ بِخَرْصِهَا يَأْكُلُهَا أَهْلُهَا رُطَبًا }
            Bahwa Rasulullah saw. melarang penjualan kurma basah dengan kurma kering, beliau bersabda: Demikian itu adalah riba yang ada dalam muzâbanah, hanya saja beliau memberi keringanan dalam penjualan secara Ariah, yaitu satu atau dua buah pohon kurma diambil oleh suatu keluarga dengan cara ditaksir dengan kurma kering lalu mereka makan buahnya yang masih setengah matang. (Shahih Muslim No.2842)
            Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
            عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عِنْدَ الشَّيْخَيْنِ : { أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ فِي بَيْعِ الْعَرَايَا بِخَرْصِهَا فِيمَا دُونَ خَمْسَةِ أَوْسُقٍ أَوْ فِي خَمْسَةِ أَوْسُقٍ } .
Bahwa Rasulullah saw. memberi keringanan dalam jual beli Araya dengan cara ditaksir dengan syarat kurang dari lima wasak atau sebanyak lima wasak. (Shahih Muslim No.2845)
            Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
            عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما: أن رسول الله صلى الله عليه و سلم نهى عن المزابنة
 والمزابنة اشتراء الثمر بالتمر كيلا وبيع الكرم بالزبيب كيلا .
            Bahwa Rasulullah saw. melarang Muzâbanah. Muzâbanah ialah menjual kurma basah dengan kurma kering dengan takaran (yang sama) dan menjual anggur segar dengan anggur kering (kismis) dengan takaran. (Shahih Muslim No.2846)
XII. Menjual pohon kurma yang sedang berbuah
            Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
            عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما  : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( من باع نخلا قد أبرت فثمرتها للبائع إلا أن يشترط المبتاع )
    Bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: Barang siapa menjual pohon kurma yang sudah dikawinkan, maka buahnya untuk penjual, kecuali jika disyaratkan oleh pembeli. (Shahih Muslim No.2851)
Daftar Kepustakaan/ Refrency
                Al-Adawi, Abdullah bin Husein Khatir al-Sami’, Hasyiyah Luqath al-Durar al-Fikr, Musthafa al-Babi al-Halabiy, 1938.
Hasyim, Ahmad Umar, Qawâid Ushûl al-Hadîts, Dâr al-Fikr, tt.
Ibn al-Shalâh, Abu ‘Amr, ‘Ulûm al-Hadîts (dengan syarah al-‘Iraqiy), Maktabah al-Ummah Halabi, 1931. 
´Itr, Nuruddin, Manhaj al-Naqdi fiy Ulûm al-Hadîts, Dar al-Fikr, 1988
Al-Khathîb, Muhammad ‘Ajjaj, Ushul al-Hadîts Ulumuhu wa Musthalahuhu, Dar al-Fikr, 1989
Al-Naisaburiy, Abu Abdullah Muhammad ibn Abdullah, Ma’rifah ´Ulûm al-Hadîts, t.tp: Dar al-Kutub al-Mishriyah, 1937
Al-Naisaburiy, Imam Abi Hisain Muslim ibn al-Hajjaj, Shahih Muslim, Beirut: dar al-Kutub al-Ilmiyah, tt
Al-Naysâbûrî, Ma´rifat fiy Ulûm al-Hadîts, Kairo, 1973
Al-Nawawiy, Shahih Muslim bisyarh al-Nawawi, Mesir: Dâr al-Hadîts, 2001
Al-Qasimiy, Jamaluddin, Qawa’id al-Tahdits Min Funun Mushtalah al-Hadîts, Ibnu Zaidan, Damaskus, 1925
Al-Shana’aniy, Muhammad bin Ismail al-Husaini, Al-Taudhih al-Afkar, (Tahqiq Muhammad Mahyuddin Abdil Hamid), Kairo, 1366 H
al-Suyuthi, Jalal al-Din Abdurrahman ibn Abu Bakar, Tadrib al-Râwî, Mesir: Maktabah al-Qahirah, 1959
Shubhi al-Shâlih, Mabâhits fiy Ulûm al-Qurân,  1988