Makalah Tentang hadis Jujur



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latarbelakang
Banyak hadist yang menunjukkan agungnya perakara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke jannah serta menunjukkan akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka. Salah satu ciri orang yang jujur adalah senantiasa berbuat kebajikan. Diantara kemanisan yang akan di dapat oleh seseorang yang jujur adalah akan mendapat pertolongan Allah.
Banyak hadist yang mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akalnya akan menjadi karakternya dan barang siapa sengaja berdusta dan berusaha untuk dusta maka dusta akan menjadi karakaternya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.
       Lantas seperti apakah pentingnya kejujuran yang menjadi salah satu tingkah laku terpuji? Berikut penjelasan mengenai kejujuran sebagai tingkah laku terpuji yang berdasarkan pada hadist Rasulullah Saw. 









                                                             BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pentingnya kejujuran
1.    Pengertian jujur
Jujuran berarti mengatakan atau melakukan sesuatu sesuai dengan yang sebenarnya. Dalam bahasa arab (as-sidqu).orang yang jujur akan mengatakan atau berbuat dengan apa adanya. Tambah di tambahi atau di kurangi. Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentukan status dan kemajuan perseorangan dan masyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah sati sendi kemaslahatan dalam hubungana antara manusia dengan manusia dan antara satu holongan dengan golongan lain. [1]
Di dalam masyarakat arab bahwa kejujuran itu dipandang sebagai suatu nilai yang paling unggul. Dan menurut saya, kejujuran itu merata di seluruh masyarakat, merupakan suatu kelaziman dan corak nilai manusia yang berakar. Namun di dalam al-qur’an hal itu di terima sebagai kekhasan yang luar biasa, yang akan jelas terlihat bila kita mendekatinya dari sisi negatifnya,  dosa karen a kebohongan. Baiknya kita mengingat kembali hal penting yang secara sambil  lalu dihubungkan dengan ayat terdahulu, yakni bahwa “kebenaran” pada dasarnya berhubungan dengan dua kutub, sidq dan haqq. Sebagaimana yang kita ketahui, haqq menunjukkan sisi kebenaran yang objektif, dan perkataan baru dapat dikatakan “ benar” hanya bila ia sesuai dengannya. “ kebenaran sebagai kebenran yang subjektif, kemudian terkandung dalam penggunaan bahasa yang dengan cara demikian membuatnya sesuai dengan haqq, dengan realitas.
Hal ini menjadi sangat penting bila kita kembali kepada masalah kejujuran berkenaan dengan persoalan yang membicarakan akan hubungan religius antara tuhan dan manusia  karena menurut al-qur’an wahyu tidak lain kecuali sesuatu yang hak, dan Allah sendiri merupakan haqq yang absolut. Hal ini penting bahwa dalam kasus haqq ini juga di pertentangkan dengan bathil yang berarti sesuatu yang secara esensial tanpa dasar “ kesombongan” atau kebohongan. [2]
Sebelum diutus  sebagai nabi, muhammad saw, terkenal karena kejujurannya. Beliau digelari al-shidiq al-amin (orang yang jujur dan terpercaya).[3] Maha suci Allah selama emapat puluh tahun sebelum menjadi nabi, beliau diberi gelar al-shadiq al-amin. Akan tetapi kejujuran dibagi kedalam dua macam yaitu:
a.         Kejujuran dalam hal berbicara
   Kejujuran dalam berbicara adalah hendaknya pembucaraan dan perkataan kita sesuai dengan hati nurani dan dimanifestasikan (diwujudkan) dalam kenyataan. Hal semacam ini membuat kita menjadi mantap dalam berbicara. Hendaknya kita berbicara dengan dasar pengetahuan. Kalau kita berbicara tentang ha yang sudah lewat, maka berbicaralah yang benar, yang jujur sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Jika kita berbicara sesuatu yang diniati, hendaknya  niat menepati janji itu diikuti dengan pelaksanaannya. Kalau tidak melaksanakan ‘zam (niat), maka setidaknya niat itu tidak usah di ucapakan dengan orang lain, kecuali kalo mendekati kenyataan.
b.         Kejujuran dalam perbuatan
Kejujuran dalam hal perbuatan, ialah hendaknya perbuatan yang dapat dilihat, benar-benar sesuai dengan bentuk perencanaannya dalam jiwa, yaitu ikhlas karena Allah, hanya untuk mendapatkan kemaslahatan tanpa terselubung dengan sifat munafik dan ria. Juga tidak untuk ujuan yang rendah dan kecil misalnya, orang yang berkunjung ke orang besar dengan menampakkan ketaatan dan simpati kepadanya, sedangkan di balik itu ada terkandung maksud untu mendapatkan ke manfaatan pribadi.
Rasulullah Saw telah menjelaskan bahwa kejujuran itu menunjukkan kepada yang baik, dan beliau menunjukkan bahwa kejujuran itu ibarat tempat tumbuh nya segala keutamaan, dan keutamaan itu sebagai akar yang menguatkan pohon itu tegak. Orang jujur itu sejalan dengan  semua kebaikan dan sebagai penegak segala kebagusan, sedangkan kebaikan itu adalah jalan menuju ke syurga, bahkan ke bajikan itu sebagai kunci masuk syurga.
Kebalikan dari jujur adalah dusta. Sifat ini menunjukkan kejahatan, dan kejahatan menunjukkan  kepada neraka. Seseorang dapat dikatakan jujur apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.    mengatakan sesuai apa adanya
b.    Selalu Tidak berbohong atau mengada-ada
c.    Selalu melakukan sesuatu sesuai dengan aturan yang ada.
Abdullah ibn Mas’ud meriwayatkan, rasulullah saw, al-shadiq al- Mashduq (orang yang dikenal jujur dan dapat dipercaya), sebagai mana sabda Rasulullah Saw:







Artinya: dari sahabat abdillah bin mas’ud r.a, ia menuturkan, Rasulllah Saw telah bersabda: “ hendaknya kalian senantiasa berbuat jujur, karena sesungguhnya akan membimbing pada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan akan membimbing kepada syurga dan senantiasa seseorang itu berbuat ke jujuran dan senantiasa  berusaha berbuat jujur, hingga akhirnya ditulis disisi  Allah Swt sebagai orang yang (shiddiq) jujur. Dan berhati-hatilah kalian dari perbuatan dusta,  karana sesungguhnya kedustaan akan membimbing kepada jahatan, dan kejahatan akan membimbing kepada neraka. Dan senantiasa seseorang berbuat dusta dan berupaya untuk berdusta hingga akhirnya ditulis disisi Allah  Swt sebagai pendusta” (HR.bukhari, Muslim, Abu daud dan Turmidzi).

B.  Kejujuran membawa kebajikan
1.    Hal yang membawa kejujuran  
Nabi menganjurkan ummatnya untuk selalu jujur karena jujur merupakan mukhaddimah akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut. Terdapat beberapa hal yang membawa kejujuran diantaranya:
a.    Menentramkan hati.
Rasulullah bersabda:” jujur itu merupakan ketentraman hati”.
b.      Membawa berkah
Rasulullah bersabda:” dua orang yang jual beli itu boleh pilih-pilih selama belum berpisah. Jika dua-dua nya jujur dan terus terang, mereka akan di berkahi dalam jual belinya. Dan jika dua-dua bohong dan
menyembunyikan, hilanglah berkah jual beli mereka.
c.       Meraih kedudukan yang syahid. Rasullah bersabda: “ barang saipa yang memintak syahid kepada Allah dengan sungguh-sungguh ( jujur) maka Allah akan menaikkannya ketempat para syuhada meskipun mati di tempat tidurnya.
d.      Menadapat keselamatan.[4]
Akhlak adalah suatu sikap yang melekat dalam jiwa seseorang yang melahirkan perbuatan-perbuatan berdasarkan kemauan dan pilihan, baik dan buruk, terpuji dan tercela. Diantara akhlak baik itu adalah jujur. Bagi yang berbuat jujur atau benar, akan di jamin masik syuraga, ada enam jaminan untuk masuk syurga yaitu:
1.    Jujurlah bila berbicara
2.    Tepatilah bila berjanji
3.    Sampaikanlah bila diberikan amanah
4.    Peliharalah kemaliuan kalian
5.    Merundukkan pandangan mata kepala hal-hal yang haram dilihat
6.      Dan cegahlah kedua tangan dari hal-hal yang diharamkan Allah.

2.    Tujuan perbuatan jujur
Bersikap jujur dalam setiap kesempatan adalah sebuah keharusan. Tanpanya kehidupan yang bahagia, aman dan tentram tidak akan pernah bisa terwujud. Berikut ini tujuan perbuatan jujur sebagai berikut:
a.       Untuk mendatangakan kebahagiaan
b.      Mendatangkan simpati
c.       Mendatangkan ketenangan
d.      Mendatangkan pahala
e.       Mendatangkan rasa percaya diri
f.       Mendatangakan kedamaian
g.      Menciptakan keluarga nyaman
h.      Dan menghindarkan seseorang dari tuduhan-tuduhan yang merugikan
Barang siapa yang memelihara hal-hal tersebut, niscaya di jamin masuk syurga sebagaimana sabda Rasulullah Saw :




Artinya : dari Ubaiadah bin Shamit RA sesungguhnya Nabi Saw bersabada :” hendakalah kalian menjamin padakau enam perkara dari dirimu, niscaya aku menjamin syurga bagimu: 1. Jujurlah apabila berbicara, 2.sempurnakanlah janji , 3. Tunaikan apabila kamu diberi amanah, 4. Jagalah kemalauan mu, 5. Tunduklah pandangan mu (dari maksiat) dan tahan lah tangan mu (dari hal yang tidak baik)”.(HR. Ahmad, ibn Abid-Dunya, ibn Hibban di dalam shahihnya, Hakim dan Baihaqi).[5]
Salah satu buah kejujuran yang di rasakan orang-orang yang melakukannya adalah selamat dari kebencian. Diriwayatkan bahwa seseorang yang melarikan diri mencari perlindungan kepada salah seorang yang saleh, seraya berkata: “ selamatkan aku dari orang yang mencariku”. Orang saleh itu menjawab:” tidurlah disini”. Kemudian orang itu di tutup dengan daun palem”.  Ketika orang-orang yang mencarinya datang menanyakannya, orang saleh itu menjawab kepada mereka: “ itu, dibawah daun palem”. Mereka mengira orang saleh itu main-main, maka mereka pun meninggalkannya. Dengan begitu orang yang melarikan diri itu selamat berkat kejujuran orang saleh tersebut.
Kejujuran akan mengantarkan seseorang kepada kebaikan sementara dusta senantiasa membawa keburukan.
C.  Orang yang jujur dapat pertolongan Allah


Artinya: “siapa yang mengambil harta manusia (berhutang) di sertai dengan maksud membayarnya maka allah akan membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan dengan maksud merusaknya (merugikannya) maka allah akan merusak orang itu”.(Shahih Bukhari).
       Dalam kehidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka meminjam uang atay barang kepada orang lain untuk digunakan sebagai penunjang usahanya. Hal ini di bolehkan dalam islam dan Allah Swt akan menolong mereka kalau mereka berniat untuk menggunakan sebagai penunjang usahanya dan berniat untuk mengembalikannya kepada pemiliknya.
       Peminjam tidak berniat menipu pemilik modal dengan menggunakan uang yang di pinjamnya untuk berpoya-poya sehingga tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tidak memilki uang untuk menggantinya. Hal itu merugikan pemilik modal karena akan menggantikan usahanya, yang sanagat penting untuk membiayai keluarganya.
       Oleh karena itu, setiap peminjam modal hendaknya ingat bahwa harta tersebut adalah amanat yang dipercayakan pemilik kepadanya. Dalam islam ummatnya selalu di ingatkan untuk menjaga amanah yang di percaya kepadanya dan mengembalikan amanah tersebut kepada pemiliknya.
Orang-orang yang akan mendapatkan pertolongan allah adalah sebagai berikut:
1.    Orang Ciri-ciri orang yang mendapatkan pertolongan Allah
a.       yang taat kepada allah
b.      Istiqomah
c.       Orang yang mencintai apa yang di cintai Allah
d.      Sangat senang hatinya melakukan apa yang Allah perintahkan untuk dirinya
e.       Selalu ingat kepada Allah, selalu berzikir kepada Allah
f.       Mengunjungi rumah Allah, ka’bah baitullah
g.      Sangat senang membaca al-quran
h.      Sangat senang menyampaikan ajaran Allah
i.        Percaya yakin beriman  di tolong oleh Allah.[6]
Abu Abbas Abdillah bin Abbas ra. Berkata, suatu hari aku berada di belakang Rasulullah, lalu bersabda,
“ wahai pemuda aku hendak mengajarimu beberapa kalimat:’ jagalah Allah maka ia akan menjagamu; jagalah Allah niscaya engkau akan mendapatinya bersamamu; bila engkau memohon sesuatu, mohonlah kepadanya; bila engkau meminta pertolongan, mintak tolonganlah kepada Allah.
Ketahuilah bahwa seandaianya seluruh ummat ini berkumpul untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat bagimu, maka mereka tidak akan bisa memberi manfaat kepadamu kecuali sesuatu yang telah di tetapkan Allah kepadamu. Dan seandainya seluruh ummat ini berkumpul untuk memberikan sesuatu yang merugikanmu, maka mereka tidak akan bisa merugikanmu kecuali dengan sesuatu yang telah di tetapkan oleh Allah terhadapmu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah mengering tintanya”. (HR. Tirmidzi, dan dia mengatakan sebagai hadis  hasan shahih)[7]
Menurut riwayat selain Tirmidzi dijelasakan, “ jagalah Allah,  niscaya engkau akan bersamanya. Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya dia akan mengenalimu di waktu susah. Ketahuilah bahwa segala perbuatan  salahmu belum tentu mencelakaimu dan musibah yang menimpamu belum tentu akibat kesalahanmu. Ketehuilah bahwa kemenangan beserta kesabaran, kebahagiaan beserta kedukaan, dan setiap kesulitan ada kemudahan
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN   
Jujuran berarti mengatakan atau melakukan sesuatu sesuai dengan yang sebenarnya. Dalam bahasa arab (as-sidqu).orang yang jujur akan mengatakan atau berbuat dengan apa adanya. Tambah di tambahi atau di kurangi. Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentukan status dan kemajuan perseorangan dan masyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah sati sendi kemaslahatan dalam hubungana antara manusia dengan manusia dan antara satu golongan dengan golongan lain.
Akhlak adalah suatu sikap yang melekat dalam jiwa seseorang yang melahirkan perbuatan-perbuatan berdasarkan kemauan dan pilihan, baik dan buruk, terpuji dan tercela. Diantara akhlak baik itu adalah jujur. Ciri-ciri orang yang mendapatkan pertolongan Allah adalah:
1.yang taat kepada allah                                                                                            
2.      Istiqomah
3.      Orang yang mencintai apa yang di cintai Allah
4.      Sangat senang hatinya melakukan apa yang Allah perintahkan untuk dirinya
5.      Selalu ingat kepada Allah, selalu berzikir kepada Allah
6.      Mengunjungi rumah Allah, ka’bah baitullah
7.      Sangat senang membaca al-quran
8.      Sangat senang menyampaikan ajaran Allah
9.      Percaya yakin beriman  di tolong oleh Allah.

BAB IV
                        DAFTAR PUSTAKA
Jabir Al-Jazara’iri, Abu Bakar.  pedoman  hidup muslim. litera Antarnusa : Madinah Al-Munawarah
Izutsu, Toshihik,  Etika Beragama Dalam  Qur’an. Pustaka Firdaus : Jakarta.

Khalil, Amru Muhammda, Indah Dan Mulia. Serambi Ilmu Semesta:  Mesir

 http:// keluaraga. Com /253euntungan bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari

Abu Zakaria, Imam dkk, Terjemah Riyadlus Shalihin. Toha Putra Semarang: Jakarta

http://m.face book /notes/in-a-relationship-with/ciri-ciri hamba-Allah-mencintai Allah

An-Nawawi, Imam, terjemah Hadist Arba’in  An-Nawawiyah. Al-‘tishom Cahaya Ummat: Jakarta


[1]Abu Bakar Jabir Al-Jazara’iri,  pedoman  hidup muslim, (Madinah Al-Munawaroh: litera Antarnusa, 1964), hal. 259
[2] Toshihiko Izutsu, Etika Beragama Dalam  Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hal. 148 .
[3] Amru Muhammad Khalil, Indah Dan Mulia, ( Mesir: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2000), hal. 110
[4] http:// keluaraga. Com /2537/8-keuntungan bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari
[5] Imam Abu Zakaria dkk, Terjemah Riyadlus Shalihin, ( Jakarta: Toha Putra Semarang,1981), hal.75
[6] http://m.face book /notes/in-a-relationship-with/ciri-ciri hamba-Allah-mencintai Allah
[7] Imam An-Nawawi, terjemah Hadist Arba’in  An-Nawawiyah, (Jakarta: Al-‘tishom Cahaya Ummat, 2001), hal.29-30.