Makalah Tentang Hubungan Manusia Dengan Hidup dan Kematian



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan nikmat kesehatan berupa jasmani dan rohani, karena dengan taufik dan hidayah-Nya makalah ini telah terselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah di tentukan. Tidak lupa sholawat dan salam ke ruh junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, seluruh keluarga, para sahabat-sahabatnya beserta pengikut-pengikutnya. Dengan kehadiran-Nya mampu membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti saat ini.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu dosen pembimbing yang telah mengajarkan mata kuliah TEHNIK LABORATORIM kepada kami. Terimakasih juga kami ucapkan kepada rekan-rekan kelompo ksatu yang telah bekerja sama dalam proses penyelesaian makalah ini.
Semoga Allah memberikan ilmu yang berkah dan bermanfaat kepada kita semua. Dan semoga kita dapat menggunakan ilmu yang kita miliki ke jalan yang di ridhai-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Mudah-mudahan apa yang tercantum di dalam  makalah ini dapat di pahami dan bermanfaat untuk kita semua.
       












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................     i
DAFTAR ISI......................................................................................................................    ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................    1
A. Latar Belakang........................................................................................................    1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................    2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................    2
BAB II  PEMBAHASAN..................................................................................................    3
A.    Pengertian Hidup.....................................................................................................    3
      B.  Pengertian Mati........................................................................................................    5
      C.  Keutamaan Mati......................................................................................................    7
      D.  Menyiapkan Diri untuk Mati...................................................................................    9
BAB III : PENUTUP.......................................................................................................... 11
A.  Kesimpulan............................................................................................................. 11
       B.  Saran....................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 12











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            [1]Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain. Seorang antropologi Indonesia yaitu Koentjaraningrat menyatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus,  dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
            Kematian merupakan bagian yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Kematian merupakan fakta hidup, setiap manusia di dunia akan mati. Kematian tidak hanya di alami oleh kaum lanjut usia, tapi juga oleh orang-orang yang masih muda, anak-anak bahkan bayi. Seseorang dapat meninggal karena sakit, usia lanjut, kecelakaan dan sebagainya. Jika seorang meninggal dunia, peristiwa kematian tersebut tidak hanya melibatkan dirinya sendiri namun juga melibatkan orang lain, yaitu orang-orang yang di tinggalkannya, kematian dapat menimbulkan penderitaan bagi orang-orang yang mencintai orang tersebut.
            Setiap orang yang meninggal akan disertai dengan adanya orang lain yang di tinggalkan, untuk setiap orang tua yang meninggal akan ada anak-anak yang ditinggalkan. Kematian dari seseorang yang kita kenal terlebih kita cintai akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan selanjutnya. Apalagi jika orang tersebut dekat dengan kita, orang yang di kasihi, maka akan ada masa dimana kita akan meratapi kepergian mereka dan merasakan kesedihan yang mendalam.
            Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak-anak, ketika seorang remaja di hadapkan pada suatu peristiwa yang tidak di inginkan dalam hidupnya pasti akan merasa berat untuk menerimanya, seperti peristiwa kematian yang dapat memisahkan hubungan antara orang tua dan anak, peristiwa tersebut sulit untuk di terima oleh siapapun karena tidak ada satu orang pun yang siap di tinggalkan untuk selamanya oleh orang yang di cintainya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1)      Bagaimana pengertian manusia
2)      Bagaimana pengertian hidup
3)      Bagaimana pengertian kematian

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai tambahan hasanah keilmuan khususnya di bidang ilmu kebudayaan dan ilmu terkait lainnya. Sebagai tambahan refleksi diri terhadap kehidupan dan mengingat adanya kematian khususnya bagi penulis dan pembaca pada umunya. Disamping itu untuk mengetahui pengertian manusia, mengetahui pengertian kehidupan dan pengertian kematian.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Hidup
Hidup ialah pertalian antara roh dan badan serta hubungan interaksi antara kehidupannya atau hidup adalah suatu sifat yang dengan sifat itu menjadi berpengetahuan dan memiliki kekuatan.  Jadi,  hidup itu merupakan sumber kenikmatan dan tanpa kehidupan maka tidak seorang pun dapat menikmati arti kehidupan di dunia serta meraskan pembalasan baik dan buruk di akhirat nanti.[2]
Dunia ini di ciptakan oleh Allah sebagai tempat kehidupan dan kematian,  sedangkan alam akhirat dijadikan sebagai tempat pembalasan dan kemudian tempat yang kekal abadi.
Allah telah menciptakan hamba-hamba-Nya di dunia ini untuk menyembah hanya kepada-Nya serta menguji mereka, sehingga dapatlah diketahui siapa di antara mereka yang paling banyak amalnya, dan nanti akan diberi balasan pahala, atau siapa yang membuat durhaka maka nanti akan mendapat siksa.
Allah menjadikan manusia bertempat tinggal di dunia, sekedar sebagai musafir di negeri ini (dunia),  ia sedang bepergian dari dunia ini ke negeri tempat kediamannya yang langgeng berupa surga atau neraka. Dia tidak menyadari bahwa dunia ini dijadikannya seolah-olah hanya merupakan sebagai pelabuhan untuk berlabuh atau terminal untuk tempat beristirahat bagi seorang musafir yang perlu mengambil bekal perjalanannyaa menuju akhirat.
Karena itu, Allah telah menciptakanya di dunia ini berbagai kesenangan dan macam-macam kelezatan yang merupakan bekas-bekas rahmat-Nya dan hanya sebagia kecil daripada kesenangan dan kelezatan yang ada di sana penuh dan cukup di mana seorang  hamba-Nya yang beriman sangat merindukanya.  Oleh karena itu maka kepada orang mukmin,  diberikan gambaran yang merangsang dengan barang-barang yang di hadapannya sebagai rasa nikmat; sebab sesuatu lebih mudah di kenal dengan menyebutkan jenisnya sebagai mana kenikmatan yang serupa pula Begitu pula di dunia ini, Allah mengatakan  tanda-tanda yang memberikan kesan tentang adanya kemurkaan dan kerahan-Nya berupa hukuman-hukuman, penderitaan-penderitaan cobaan-cobaan, bencana dan ujian,  atau tidak kesenangan dan sesuatu yang tidak di sukai.
Keadaan-keadaan ini akan menjadi petunjuk tentang adanya penderitaan-penderitaan di alam akhirat nanti. dengan demikian di maksudkan, agar hamba-hamba-Nya yang beriman dapat menjaga dirinya serta berhati-hati dengan penuh kesadaran. maka kehidupan dunia ini di jadikan Allah sebagai kehidupan ganda, percampuran antara kebaikan dengan kejahatan, dan antara kenikmatan dengan penderitaan. berapa banya yang telah kita alami tertawa setelah menangis dan sakit setelah sembuh. dan berapa banyak kelahiran yang muncul dari tidak ada, pemuda menjadi dewasa dan orang tua menjadi renta atau bangka, kenikmatan menjadi kecelakaan serta penyesalan.
[3]Dalam hal ini, seorang ahli syair menyatakan ;
“Sungguh dunia telah menyeru dirinya - sekiranya di alam ini ada yang mendengar. Berapa banyak orang yang kokoh umurnya telah kubinasakan. Maka dengan demikian, maut memburu penghuni ini yang tidak ada tempat baginya untuk mengelakkan diri atau menghindar..
Rasulullah SAW. telah bersabda yang bersumberkan dari Abu Darda;
“Sekiranya tidak karena tiga perkara, tidak ada anak adam yang menundukkan kepalanya, yaitu kefakiran, sakit dan kematian. Akan tetapi di samping itu ada pahala”.
Dari Ibnu Abi Syaibah dan ubaid bin Syahid dari Hasan ra. berkata:
“Tatkala Allah menciptakan Adam dan anak cucu-nya, malaikat berkata: Bumi tidak akan cuku buat mereka’. lalu Allah SWT. berfirman: ‘sungguh aku menjadikan harapan baginya”.
Dari Ali ra yang menisbahakan hadis dari Rasulullah SAW bahwa ia berkata:
“Sungguh perkara yang aku takutkan kepadamu ialah dua perkara, yaitu mengikuti hawa nafsu, yaitu meninggalkan kebenaran dan tentang panjang angan-anga”.
Tentang mengikuti hawa nafsu, yaitu meninggalkan kebenaran dan tentang panjang angan-angan yaitu kecintaan kepada dunia.
Hasan al-Basri berkata:
Barang siapa yang ingin melebihkan dunia dari akhirat, maka Allah akan berikan siksa kepadanya enam siksaan. Tiga di antaranya di dunia dan tiga lainnya di akhirat. Adapun yang di dunia yaitu angan – angan yang berkepanjangan,keinginan yang tidak ada batasnya, dan hilangnya kemanisan ibadah. Adapun yang di akhirat ialah, kebingungan yang hebat pada hari kiamat, hisab yang hebat dan kesedihan yang berkepanjangan.
Rasulullah SAW telah bersabda :
Beradalah kamu didalam dunia ini seolah-olah kamu orang asing atau penyeberang jalan dan tunjukkanlah dirimu kepada ahli kubur”.
Maksudnya ialah hidup seperti seseorang yang merasa asing atau jauh dari negrinya dengan sikap zuhud dan mengumpulkan bekal didunia untuk keperluan di alam akhirat, sebab akhiratlah yang merupakan tanah air yang asasi dan disanalah negri tempat kekekalan. Manusia diciptakan didunia ini hanya untuk di uji, jika ia patuh kepada Allah, maka akan diberikan ganjaran, sebaliknya jika ia berbuat dosa maka ia akan dihukum.
Jadi manusia dalam hal ini di ibaratkan seorang budak yang disuruh tuannya untuk kepentingan yang hendak dilaksanakannya. Maka budak ini adalah asing atau sekesar menyeberang jalan ke tempat yang hendak dituju untuk segera menyelesaikan keperluannya, kemudia kembali ke negrinya.
Karena itu manusia tidak boleh menjadikan dunia ini sebagai tanah air dan tempat tinggal selamanya, tetapi hendaklah ia laksanakan bagai seseorang yang merantau yang segera bersiap-siap meneruskan perjalanannya.

B.     Pengertian Mati
[4]Mati ialah terputusnya hubungan roh dengan lahir batin, perpisahan antara keduanya, pergantian yang satu keaadaan lain. mati berbeda dengan tidur, karena tidur berupa terputusnya roh sementara dengan hubungan-hubungan lahiriah.
Firman Allah SWT ;



Artinya : “Allah memegang jiwa (orang  )matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya, maka Dia tahan lah jiwa (orang) yang telah dia tetapkan kematiannya dan Dia telah melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang di tentukan. sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kamu yang berpikir (QS az Zumar, 39:42)
Maksud ayat di atas, Allah yang menggenggam roh di saat telah tiba saatnya, yaitu tidak ada yang hidup, jiwa dan gerakannya. dan Allah juga menggenggam roh yang belum datang masa ajalnya, di saat ia sedang tidur, di mana roh tidak lagi mempunyai kemampuan untuk membedakan dan merasakan sekalipun secara batin. Sebab di saat tidur, hidup,jiwa dan gerakan masih ada. Karena itu para ulama mendefenisikan tidur itu sebagai satu naluri yang dengan paksa menimpa seseorang sehingga menghalangi perasaannya untuk mengadakan gerakan dan melengahkannya dari kesanggupan untuk mengerti.[5]
Adapula yang berpendapat bahwa tidur itu adalah pingsan yang hebat yang menimpa pikiran, sehingga mengalami mengetahui sesuatu yang ini.
Dalam keadaan bangun, maka roh manusian berjalan dalam tubuh lahir batin. Dan mengerti tentang Allah menggenggam roh di kala dalam keadaan tidurnya dan dalam keadaan matinya dengan genggaman yang melepaskan dan menahan yaitu Allah menutup roh dengan sesuatu yang dapat mencegahnya dari melakukan segala aktivitas. Maka di sini jelas, bahwa roh adalah sesuatu yang dapat di pegangn (digenggam). Yang belum sampai batas waktu ajalnya, dilepaskan kembali dan yang sudah sampai kepada maut, maka di tahannya hingga hari kiamat.
Sedangkan pengertian dari firman Allah tentang melepaskan yang lain, yaitu menghilangkan kekuatan pencegahannya dan mengembalikan rasa dan dayanya sehingga sadar kembali seperti semula. Allah-lah yang mengumpulkan semua jiwa disaat orang itu tidur, dengan menghilangkan daya serta menciptakan kelengahan dan ketidak sadarannya sebagai ganti dari kesanggupan dan kemampuan daya tangkap dari rangsangan yang datang dari luar.
Adapun kematian itu sendiri adalah batas kesempurnaanya roh (jiwa) dalam hidup (umur). Maka maut berarti menghilangkan seluruh daya rasa selama roh itu berada di genggaman Allah. Atau maut merupakan penyempurnaan keseluruhan secara hakiki yakni mati dan yang lain adalah penyempurnaan tidur (tidak sempurna), sebab pada hakikatnya adalah mati juga.





Dalam hal tidur ini Ikrimah dan Mujahid berkata:
Apabila seseorang tidur, maka ada padanya sebab-sebab dimana roh yang ditempat asa’nya didalam jasad itu dapat berjalan kian kemari. Selain jasad itu tidur, maka roh pun pergi hingga apabila ia kembali kedalam jasad, maka orang itu sadarlah. Dalam hal ini ibarat sinar mtahari yang memancarkan sinarnya kemana-mana, sedangkan sumber asalnya terdapat berhubungan dengan matahari itu sendiri”.     
Dari Ibnu Abbas tentang tafsir firman Allah surat Az-Zumar ayat 42 di atas, ia berkata ‘Roh orang yang telah mati dapat bertemu dengan roh orang-orang yang sedang tidur dan kemudian mereka saling berdialog seperti apa yang di kehendaki Allah menahan roh yang mati itu dan melepaskan yang hidup (tidur) tanpa sedikit pun kekeliruan atau terjadi kesalahan”.
C.    Keutamaan Mati
[6]Seseorang yang berkecimpung dalam kemewahan dunia dan tenggelam karena tertipu oleh keindahannya serta sangat mencintai kesenangan-kesenangannya, pastilah ia lupa untuk mengingat kematian. Bahkan ia tidak ingat sama sekali bahwa pada suatu ketika ia juga akan mati. Seandainya ia diingatkan oleh orang lain, ia malahan membencinya. Golongan orang yang semacam ini telah di sebutkan Allah dalam firman-Nya :


Artinya : “Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan memenuhi kamu, kemudian kamu akan di kembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepada apa yang telah kamu kerjakan. (QS Al-Jumuah, 62:8).
Orang yang tidak ingat bahwa dirinya nanti akan mati, maka ia akan menjadi orang yang celaka. Biasanya ia berbuat sewenang-wenang, sombong, angkara murka dan lain-lain, sifat yang tidak terpuji. Berbeda dengan orang yang selalu mengingat mati. Ia akan menjauhi sifat-sifat yang tidak terpuji. Karena itu, mengingat mati termasuk salah satu yang terpuji dan paling utama.
Dari Mahmud bin Lubaid bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Ada dua perkara yang tidak disenangi oleh anak Adam. Ia tidak menyenangi kematian, padahal kematian lebih baik bagi orang yang beriman dari pada fitnah. Dan ia tidak menyenangi kekayaan sedikit, padahal yang sedikit itu lebih sedikit tanggung jawabnya. (HR Ahmad).
Manakah fitnah yang lebih besar daripada fitnah dunia? Lebih-lebih pada zaman sekarang ini, yang begitu banyak tersebar fitnah dan rayuan-rayuan serta telah merata keseluruhan penjuru dunia, sehingga tidak bisa lagi melarikan diri atau menyelamatkan diri dari bahayanya,  melainkan dengan kematian yang menjadi tempat peristirahatan dari segala bencana dan musibah-musibah dunia.
Dari Abdullah bin Umar ra. bahwa ia berkata :
            “Dunia itu adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir”.
            Diriwayatkan, bahwa Hafidh bin Hajar al Asqalani ra. semasa ia menjabat sebagai hakim agung,  pada suatu hari dia berjalan melalui sebuah pasar dengan suasana yang indah dan iringan-iringan yang besar, dimana ia menunggang baghalnya, tiba-tiba seorang Yahudi pedagang zaitun dan dengan perasaan sangat marah dan kasar dia seraya memegang tali baghalnya lalu berkata :”Wahai Syekh, tuan yakin bahwa Nabi tuan bersabda : “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir”. Maka di penjara manakah tuan tinggal dan di surga manakah aku ini tinggal?!” Dia menjawab: “Aku ini kalau dibandingkan dengan hal-hal yang Allah janjikan kepadaku tentang nikmat-nikmat yang akan diberikan-Nya pada hari kiamat, maka seolah-olah aku ini berada dalam penjara. Sedangkan saudara bila dibandingkan dengan hal-hal yang Allah ancamkan kepada saudara tentang hukuman dan siksaan di akhirat nanti, maka saudara sekarang ini seolah-olah berada dalam surga. Lalu orang Yahudi pedagang zaitun itu masuk islam.





D.    Menyiapkan Diri Untuk Mati
            [7]Kematian adalah peristiwa besar yang menimpa seseorang secara individu, kejadian dahsyat serta perkara yang hebat. Dan tiap-tiap makhluk pasti akan mengalami mati.
            Dalam Al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua makhluk pasti akan mengalami mati. Diantaranya ialah:


           Artinya : Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.
Dan sesunguhnya pada hari kiamat sejalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS Ali Imran, 3:185)


           Artinya : Dimana saja kamu berada,  kematian akan mendapatkan kamu, seandaipun kamu didalam benteng yang tinggi lagi kokoh. ( QS An Nisa’ 4:78 )    
  Karena semua makhluk yang ada di dunia ini pasti mati, termasuk manusia, maka hendaknya orang bersiap-siap untuk menyambut kematian dengan mengumpulkan perbekalan sebelum meninggalkan dunia yang panah ini agar tetap berada dijalan Allah. Karena kematian itu merupakan penutup dari semua kejadian – kejadian di dunia.
Sedangkan orang yang bodoh adalah orang – orang yang tertutup matanya dari melihat kesudahan – kesudahan yang akan datang serta terpalingkan oleh kesenangan – kesenangan, sehingga tidak dapat mengingat atau memikirkan kematiannya nanti sekalipun ia mengingatnya dengan hati yang lapang, namun dengan perasaan yang terbius oleh kesenangan- kesenangan dunia wi. Itulah sebabnya maka ingatannya tidak sampai menembus ke dalam relung hatinya.
Rasulullah SAW. Bersabda :
“ Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan”. (HR  Tirmidzi)
Sebagian Ulama berkata :
“ Barang siapa yang banyak mengingat mati, maka ia akan mengutamakan tiga perkara : (1) segera bertaubat, (2) berhati tenang,(3) rajin beribadah.
Jadi mempersiapkan diri berati seorang mukmin tidak lengah untuk mengingat mati yang ada di hadapannya, serta mengingatkan sahabat-sahabatnya atau teman –temannya, sehingga mereka akan mengingat tempat kembalinya yang berada di dalam bumi yang akan menghapuskan wajah – wajah mereka yang baik serta pembalasan yang akan terjadi di dalam kuburan mereka, bagaimana anak – anak mereka akan terlepas, harta – harta mereka akan di tinggalkan, majelis – majelis mereka serta bekas- bekas merek akan putus.
Kematian adalah suatu musibah yang besar dan penderitaan yang hebat. Akan tetapi justru yang lebih hebat lagi adalah sikap melalaikan diri untuk mengingat kematian, tidak mau merenungkan soal ini dan tidak mau beramal guna menyongsong kematian itu. Kematian sungguh menjadi suatu pelajaran bagi orang yang mau menyadarinya.                                










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
              Mati adalah saat terpisahnya Ruh dan jasad kita akan mengalami dua kali kematian dan dua kali kehidupan. Jasad hanya hidup jika ada Ruh, tanpa Ruh jasad akan mati musnah. Ruh tetap hidup selamanya, ia hanya berpindah-pindah tempat, mulai dari alam Ruh, alam dunia, alam barzakh dan terakhir di akhirat. Orang yang bijak sana akan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya untuk menempuh perjalanan panjang di dalam barzakh dan akhirat. Orang lalai hanya fokus pada kehidupan dunia tidak mempersiapkan diri untuk menempuh perjalanan panjang itu. Bahkan terkesan tidak peduli dengan kehidupan akhirat.
B.     Saran 
              Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1)      Agar penyelesaian tugas mata kuliah terlaksana dengan baik terutama mata kuliah ilmu budaya dasar, sebaik-baiknya perpustakaan menyediakan dan melengkapi literatur-literatur agar lebih mendukung mahasiswa IAIN dalam menyelesaikan tugasnya.
2)      Karena terbatasnya referensi yang ada di perpustakaan IAIN maka sebaiknya dilengkapi fasilitas wifi yang memadai agar memudahkan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas.
3)      Sebagaimana mahasiswa yang baik hendaknya menjaga fasilitas yang telah diberikan oleh kampus.
              Disamping itu, penulis  makalah ini juga mengharapkan kepada para pembaca mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah ini kritik dan sarannya yang sifatnya membangun dalam terselesaikannya makalah yang selanjutnya.
              Jika ada kata-kata dalam penyampaian dan isi makalah  ini terlebih dahulu kami memohon maaf, dan  kepada  Allah SWT kami mohon ampun. Wabillahi taufiq walhidayah, warridhoka  wal inayah. Wassalamu a’laikum wr,wb.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayati Nur, Pengantar IAD-IBD-ISD, Bandung: Pustaka Setia, 2000
Mawardi, Manusia, Filsafat dan Tuhan, Indonesia Tengah:  PT Bumi Aksara, 1982
Supardi Djoko Darmono, Penderitaan, Konsorsium Antar Bidang, Depdikbud, Semarang: PT Gramedia, 2009
Tholib Munandar, Mati dalam Tinjauan Ilmu dan Islam, Jakarta Selatan: PT Bima Ilmu, 2011
Musa Asy Arie, Dr. H., Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka al-kautsar, 2011


[1] Mawardi, “Manusia, Filsafat dan Tuhan,  (Indonesia Tengah:  PT Bumi Aksara, 1982), Hal. 88
[2] Ibid, Hal. 94
[3] Musa Asy Arie, Dr. H., “Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam Al-Qur’an”, (Yogyakarta: Pustaka al-kautsar, 2011), Hal. 102
[4] Tholib Munandar, “Mati dalam Tinjauan Ilmu dan Islam”, (Jakarta Selatan: PT Bima Ilmu, 2011), Hal. 132
[5] Ibid, Hal. 135
[6] Supardi Djoko Darmono, “Penderitaan, Konsorsium Antar Bidang, Depdikbud”, (Semarang: PT Gramedia, 2009), Hal, 93
[7] Hidayati Nur, “Pengantar IAD-IBD-ISD”, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), Hal, 162