makalah manajemen pemasaran



BAB I
PENDAHULUAN
Perusahaan-perusahaan masa kini menghadapi persaingan terberatnya  dalam dekade terakhir, dan persaingan hanya akan bertambah sengit. Kita kemukakan saja bahwa kalau mereka beralih dari filosofi  produk dan penjualan menjadi filosofi pelanggan dan pemasaran, mereka dapat menghadapi saingan nya dengan lebih baik. Dalam makalah ini kita ingin mengupas lebih terperinci bagaimana perusahaan dapat menarik pelanggan dan mengungguli saingn mereka. Menurut kami, jawaban nya adalah memenuhi kebutuhan pelanggan serta memuaskan mereka.
Supaya perusahaan dapat unggul atau bahkan hanya untuk bertahan hidup, perusahaan memerlukan filsofi baru hanya perusahaan yang berwawasan pelanggan yang akan hidup,karena mereka bisa memberikan nilai lebih baik dari pada saingan nya kepada pelanggan sasarannya. Mereka akan mahir mendapatkan pelanggan, bukan hanya membuat produk; merekayasa pasar dan bukan merekayasa produk.
Terlalu banyak perusahaan yang beranggapan bahwa menjaring pelanggan adalah tugas bagian pemasaran / penjualan kalau mereka gagal, berarti orang pemasaran mereka kurang ahli. Namun salah satu dasar pemikiran adalah bahwa bagian pemasaran tidak dapat melakukan sendirian. Bahkan bagian pemasaran hanya bisa merupakan mitra dalam usaha  perusahaan menarik dan mempertahankan pelanggan. Bagain pemasaran terbaik didunia tidak bisa menjual produk yang buruk buatannya atau yang tidak memenuhi kebutuhan orang. Bagian pemasaran hanya bisa efektif di perusahaan yang seluruh bagian dan karyawannya telah bekerja sama merancang dan mengimplementasikan suatu sistem penghantaran nilai pada pelanggan yang unggul dari saingannya.
Dan  Peter Drucker mengatakan bahwa tugas utama perusahaan adalah ‘menciptakan pelanggan’ namun pelanggan masa kini menghadapi beraneka ragam pilihan produk, merek, harga dan pemasok. [1]


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian kepuasan pelanggan
    Kepuasan pelanggan merupakan suatu konsep yang telah lama dikenal dalam ilmupemasaran. Peta persaingan bisnis semakin meningkat tajam, preferensi dan perilaku pelanggan, teknologi informasi berkembang dengan cepat mendorong organisasi bisnis untuk lebih fokus menanggapi kepuasan pelanggan untuk menjamin pengembangan bisnis. Disaat persaingan semakin ketat, produsen berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menawarkan berbagai jenisproduk nya; dampaknya konsumen memiliki banyak pilihan, kekuatan tawar-menawar konsumen semakin besar, yang mendorong setiap perusahaan harus menempatkan orientasi nya pada kepuasan yang pelanggan sebagai tujuan utamanya. Produsen semakin yakin bahwa kunci sukses untuk memenangkan persaingan terletak pada kemampuannya memberikan total customer value yang dapat memuaskan pelanggan melalui penyampaian produk yang berkualitas dengan harga bersaing.
     Beberapa pandangan terhadap pelanggan sangat bervariasi; keragaman itu akan memberikan pembaca pemahaman yanglebih luas;
Ø  Wilton (1988) menjelaskan bahwa kepuasan /ketidskpuasan pelanggan sebagai respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dipersepsikan antara harapan sebelum pembelian dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.
Ø  Engel (1990) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif tang dipilih sekurang-kurangnya sama atau harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan.
Ø  Oliver (1980) merumuskan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purnabeli, dimana persepsi terhadap kinerja produk yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum pembelian. Apabila persepsi terhadap kinerja tidak dapat memenuhi harapan, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan. Ketidaksesuaian menciptakan ketidakpuasan.
Ø  Park (1997) menjelaskan kepuasan konsumen merupakan suatu perasaan konsumen sebagai respon terhadap produk barang atau jasa yang telah dikonsumsikan.
Ø  Walker (1995) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan perbandingan antara produk yang dirasakan dengan yang diprediksi sebelum produk dibeli /dikonsumsi. Jika yang dirasakan konsumsi melebihi dugaannya, konsumen akan merasa puas, sebaliknya jika yang dirasakan lebih rendah dari harapannya, konsumen akan merasa tidak puas.[2]
B.    Nilai Dan kepuasan pelanggan
1)      Nilai pelanggan
Nilai terhantar pada pelanggan adalah selisih antara jumlah nilai bagi pelanggan Dan jumlah biaya dari pelanggan. Dan jumlah nilai bagi pelanggan adalah sekelompok keuntungan yang diharapkan pelanggan dari barang dan jasa tertentu.[3]
Sekarang konsumen lebih terdidik dan terinformasi dari pada dahulu, dan mereka memiliki alat untuk menguji klaim-klaim perusahaan dan dan mencari alternatif-alternatif unggul. Dalam keterbatasan biaya pencarian dan keterbatasan pengetahuan, mobilitas, dan pendapatan, pelanggan cenderung menjadi memaksimalkan nilai. Pelanggan mengestimasikan tawaran mana yang akan menyerahkan nilai yang paling dirasakan dan bertindak berdasarkan etimasi tersebut. Apakah tawaran itu sesuai dengan harapan pelanggan memengaruhi kepuasan pelanggan dan probabilitas bahwa dia akan membeli itu lagi.
Nilai yang dipikirkan pelanggan (CPV customer perceived value) adalah selisih antara evaluasi calon pelanggan atas semua manfaat serta semua biaya tawaran tertentu dan alyernatif-alternatif lain yang dipikirkan.  Nilai pelanggan total (total customer value) adalah nilai moneter yang dipikirkan atas sekumpulan manfaat ekonomis, fungsional, dan psikologis. [4]


2)      Kepuasan pelanggan
Telah dikemukakan bahwa pembeli bergerak setelah membentuk persepsi terhadap nilai penawaran. Kepuasan pelanggan sesudah pembelian tergantung dari kinerja penawaran dibandingkan dengan harapannya. Berikut defenisi tentang kepuasan pelanggan:
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan harapan.
Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Pelanggan dapat mengalami salah satu dari tiga tingkat kepuasan yang umum.[5]
3)      Konsep kepuasan pelanggan
Konsep teoritis kepuasan- ketidakpuasan pelanggan dapat dikaji dari teori experientially affetive feelings, expectancy discofirmation theory, equity theory, attribution theory, dan teori ekonomi mikro.
4)       harapan pelanggan
Harapan atas kinerja produk berlaku sebagai standar perbandingan terhadap kinerja aktual produk. Beberapa pakar mengidentifikasi konsep harapan pra pembelian (Wilton, 1988; spreng,1996), sebagai berikut:
a)      Equitable performance (normtive performance; effort versus outcome; should expectation: deserved expectation), yakni penilaian notmatif atas kinerja yang seharusnya diterima pelanggan berbanding biaya dan usaha yang telah dicurahkan untuk membeli dan mengonsumsi produk.
b)      Ideal pPerfocmance (optimum versus actual perfocmance; ideal expectation memiliki explanatory power yang lebih baik dalam menjelaskan proses kepuasan pelanggan), desired expectation, yaitu tingkat kinerja optimum yang diharapkan oleh seorang konsumen.
c)      Expected perfecmance (realistic versus actual performance; will expectation; predictive expectation), yaitu tingkat kinerja yang diperkirakan atau yang paling diharapkan disukai konsumen (what the perfocmance probably will be). Tipe ini banyak digunakan dalam penelitian kepuasan-ketidakpuasan pelanggan, terutama yang didasarkan pada expectancy diaconfirmation model
Harapan pelanggan akan terus berkembang sesuai perubahan lingkungan yang memberi informasi dan bertambahnya pengalaman pelanggan yang akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan.
Harapan pelanggan diyakini mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kualitas produk dan kepuasan pelanggan. Pada dasarkan ada hubungan yang erat antara penentuan kualitas dan kepuasan pelanggan. Dalam mengevaluasinya, pelanggan akan menggunakan harapannya sebagai standar atau acuan.
5)      .Manfaat kepuasan pelanggan
            Perencanaan, implementasi, dan pengendalian program kepuasan pelanggan memberiakan manfaat sebagai berikut:
1.      Reaksi terhadap produsen berbiaya rendah
Pesaingan dengan “perang harga” pemotongan harga di anggap oleh banyak perusahaan menjadi senjata ampuh untuk meraih pangsa pasar  (sekalipun sebenarnya sangat rapuh). Cukup banyak fakta bahwa pelanggan yang bersedia membayar harga yang lebih mahal untuk pelayanan dan kualitas yang lebih baik. Strategi fokus pada kepuasan pelanggan meruakan alternatif dalam upaya mempertahankan pelanggan untuk menghadapi para produsen berbiaya rendah.
2.      Manfaat ekonomis
Berbagai studi menunjukkan bahwa mempertahankan dan memuaskan pelanggan saat ini jauh lebih murah di bandingkan terus-menerus berupaya menarik atau memprospek pelanggan baru.


3.      Reduksi sensitivitas harga
Pelanggan yang puas terhadap sebuah perusahaan cendrung lebih jarang menawar harga utuk setiap pembelian individualnya. Dalam banyak kasus, kepuasan pelanggan mengalihkan fokus pada harga pelayanan dan kualitas.
4.       Key sukses bisnis masa depan
a.       Kepuasan pelanggan merupakan strategi bisnis jangka panjang, membangun dan memperoleh reputasi produk perusahaan di butuhkan waktu yang cukup lama, diperlukan investasi besar pada serangkaian aktivitas bisnis untuk membahagiakan pelanggan.
b.      Kepuasan pelanggan merupakan indikator kesuksesan bisnis dimasa depan yang mengukur kecendrungan reaksi pelanggan terhadap perusahaan dia masa yang akan datang.
c.       Program kepuasan pelanggan relatif mahal dan hanya mendatang kan laba jangka panjang yang bertahan lama.
d.      Ukuran kepuasan pelanggan lebih prediktif untuk kinerja masa depan sekalipun tidak mengabaikan dataakuntansi sekarang.
5.      Word of mounth relationship, menurut Schnaars (1991) pelanggan yang puas dapat:
a.       Hubungan antara perusahaan dan pelanggan nya menjadi harmonis.
b.      Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan.
c.       Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan.[6]
C.  Faktor- faktor yang menentukan harapan pelanggan
Faktor-faktor yang menetukan harapan pelanggan meliputi kebutuhan pribadi, pengalaman masa lampau, rekomendasi dari mulut ke mulut, dan iklan. Zeithaml, et al. (1993) melakukan penelitian khusus dalam sektor jasa dan mengemukakan bahwa harapan pelanggan terhadap kualitas suatu jasa terbentuk oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1)                              Enduring service intensif
Enduring service intensif merupakan faktor yang bersifat stabil dan mendorong pelanggan untuk meningkatkan sensitivitasnya terhadap produk jasa.
2)                              Transitory service intensif
Transitory service intensif merupakan faktor individual yang bersifat sementara yang meningkatkan sensitivitas pelanggan terhadap jasa.
3)                              Personal needs
Kebutuhan fisik,sosial. Dan psikologis yang dirasakan seseorang akan menjadi dasar bagi kesejahteraan nya yang sekaligus akan menentukan harapannya.
4)                              Perceived service alternatives
Perceived service alternatives merupakan persepsi pelanggan terhadap tingkat pelayanan perusahaan lain yang sejenis. jika konsumen memiliki beberapa alternatif, maka harapannya cenderung semakin besar.
5)                              Self-perceived service roles
Persepsi pelanggan tentang tingkat keterlibatannya dalam memengaruhi jasa yang diterimanya, konsumen terlibat dalam proses emberian jasa. Sekalipun jasa yang terjadi tidak baik, akan tetapi persepsi keterlibatannya tersebut tetap akan memengaruhi tingkat pelayanan yang bersedia diterimanya.
6)                              Situational factors
Situational factors merupakan segala kemungkinan yang bisa memengaruhi kinerja jasa, yang berada diluar kendali penyedia jasa. Misalnya, pada setiap awal bulan biasanya sebuah bank ramai dipenuhi para nasabahnya yang akan menyebabkan seorang nasabah menjadi relatif lama menunggu. Untuk sementara waktu, nasabah tersebut akan menurunkan tingkat pelayanan minimal yang bersedia diterimanya karena nasabah memahami keadaan tersebut bukan karena kesalahan penyedi jasa.
7)                              Fositve word of mouth.
Fositive word of mounth (rekomendasi positif) yang bersumber dari orang lain yang terpercaya (para ahli, teman, keluarga, dan publikasi media massa ) lebih cepat diterima sebagai referinsi, karena pelanggan jasa sering mengalami kesulitan mengevaluasi jasa yang belum dirasakan nya sendiri, kecuali pelanggan telah memiliki past experience, yaitu pengalaman masa lampau diketahui pelanggan yang pernah diterimanya. [7]
D.  Mengamati dan mengukur pelanggan
Peralatan perusahaan mengamati dan mengukur kepuasan pelanggan beragam dari yang sederhana sampai yang canggih. Cara-cara di bawah inibanyak digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan.
1)                              Sistem keluhan dan saran
Organisasi yang berwawasan pelanggan akan membuat mudah pelanggannya memberiakn saran atau keluhan. Kita contohkan saja sebuah restoran dan hotel yang memberikan formulir bagi tamu melapokan kesukaan atau keluhan mereka. Begitu pun juga,rumah sakit dapat menempatkan kotak saran di gang,memberikan kartu komentar pada pasien yang pulang, dan menempatkan staf ntuk menangani keluhan pasien.
2)                              Survei kepuasan pelanggan
Perusahaan tidap dapat beranggapan bahwa sistem keluhan dan saran dapat menggambarkan secara lengkap kepuasan dan kekecewaan pelanggan. Penelitian menunjukkan bahwa pelanggan kecewa dalam satu dari empat pembelian dan kurang dari 5% pelanggan akan mengajukan keluhan. Pelanggan mungkin merasa bahwa kelhan mereka tidak berarti, mereka akan di buat merasa bodoh, atau tidak akan ada penyesalan. Kebanyakan pelanggan akan mengurangi pembelian atau berganti pemasok dari pada mengajukan keluhan. Akibatnya perusahaan kehilangan pelanggan secara bertahap-tahap.
Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat menggunakan tingkat keluhan sebagai ukuran kepuasan pelanggan. Perusahaan yang pesponsif mengukur kepuasan pelanggan dengan mengadakan survie berkala. Mereka mengirimkan daftar pertanyaan atau menelpon suatu kelompokacak dari pembeli mereka akhir-akhir ini untuk merngetahui  perasaan mereka terhadap berbagai aspek kinerja perusahaan. Mereka juga menanyakan pendapat pembeli terhadap kinerjasaingannya.[8]
3)                              Mengukur kepuasan
Banyak perusahaan secara sistematik mengukur kepuasan pelanggandan faktor-faktor yang mebentuknya. Sebagai conto, IBM menelusuri bagaimana pelanggan yang puas berlaku terhadap setiap tenaga penjual IBM ketika mereka bertemu, dan membuat ini menjadi satu faktor dalam konpensasi tenaga penjual.
Sebuah perusahaan dikatakan bijakasana kalau mengukur kepuasan pelanggan nya secara teratur, karena kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah kepuasan. Pelanggan yang sangat puas mumnya lebih lama setia, membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan meningkatkan produksi yang ada, membicarakan hal-hal yang menyenangkan tentang perusahaan dan produk-produknya, tidak banyak memberi perhatian merek pesaing dan tidak terlalu peka terhadap harga, menawarkan ide produk atau layanan kepada perusahaan, dan lebih sedikit biaya untuk melayani pelanggan ini ketimbang pelanggan baru karena transaksinya bersifat rutin.
Kaitan antara kepuasan pelanggan dan kesetiaan pelanggan tidak bersifat proporsional. Andaikan kepuasan pelanggan diberi peringkat dengan skala satu sampai lima, pada level kepuasan pelanggan yang sangat rendah (level satu), para pelanggan cenderung menjauhi perusahaan dan menyebarkan cerita jelek tentang perusahaan tersebut. Pada dua sampai empat, pelanggan agak puas, tetapi masih merasa mudah untuk beralih ketika tawaran yang lebih baik muncul. Pada level lima, pelanggan cenderung membeli ulang dan bahkan menyampaikan cerita pujian tentang perusahaan. Kepuasan atau rasa senang yang tinggi menciptakan ikatan emosional dengan merek atau perusahaan tersebut.[9]
E.   Strategi meningkatkan kepuasan pelanggan
Dalam rangka mempertahankan kelangsungan bisnis, perusahaan harus berusaha keras dan sering harus mengeluarkan biaya tinggi dalam usahanya merebut pelanggan. Kepuasan pelanggan bersifat dinamis, oleh karena itu, tantangan besar bagi setiap organisasi adalah memcari terobosan agar dapat mewujudkan kepuasan pelanggan secara konsisten kepada para pelanggannya. Kepuasan pelanggan yang benar adalah kepuasan yang berlanjut menjadi customer loyalty (loyalitas pelanggan) yang berujung pada peningkatan volume penjualan yang lebih besar, aset lebih produktif, dan return on investment yang lebih tinggi
Strategi-strategi meningkatkan kepuasan pelanggan sebagai berikut:
a)                              Strategi superior kualitas produk
b)                              Strategi fokus pada pelanggan terbaik
c)                              Strategi pay for performance
d)                             Strategi ofensif-detensif
e)                              Strategi rintangan pengalihan
f)                               Strategi customer retention
g)                              Strategi relationship marketing
h)                              Strategi superior customer service
i)                                Strategi jaminan tanpa syarat
j)                                Strategi menangani keluhan.[10]




BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan harapan.
Kepuasan pelanggan merupakan suatu konsep yang telah lama dikenal dalam ilmu pemasaran.
Nilai dan kepuasan pelanggan :
a)      Nilai pelanggan
b)      Kepuasan pelanggan
c)      Konsep kepuasan pelanggan .
d)      harapan pelanggan
Strategi-strategi meningkatkan kepuasan pelanggan:
a)      Strategi superior kualitas produk
b)      Strategi fokus pada pelanggan terbaik
c)      Strategi pay for performance
d)     Strategi ofensif-detensif
e)      Strategi rintangan pengalihan
f)       Strategi customer retention
g)      Strategi relationship marketing
h)      Strategi superior customer service
i)        Strategi jaminan tanpa syarat
j)        Strategi menangani keluhan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan,  Ali , Marketing, Yogyakarta: Media Pressindo,2008, Cet Pertama
Hermawan, Anitawati, Ancella, Manajemen Pemasaran Di Indonesia, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2000
Kotler, Philip. Keller, Lane, Kevin, Marketing Manajement, PT. Indeks, 2007, Edisi ke-12 jilid 1


[1] Ancella Anitawati Hermawan, manajemen pemasaran di indonesia, (jakarta: salemba empat, 2000), hlm.  48.
[2] Ali Hasan, marketing, (yogyakarta: media pressindo, 2008), hlm 56-57
[3] Ibid, hlm. 49
[4] Philp kotler dan kevin lane keller, marketing manajemen ,( PT Indeks, 2007), hlm. 173
[5] Ibid, hlm. 52
[6] Ibid, hlm. 59-67
[7] Ali hasan, op cit. Hlm. 63-64
[8]Ibid, hlm. 54
[9] Philip kotler dkk, op cit. Hlm. 179
[10] Ali hasan, op cit. Hlm.71