DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Filsafat.....................................................................................................
- Pra Yunani Kuno...........................................................................................
- Zaman Yunani Kuno.....................................................................................
- Zaman Pertengahan.......................................................................................
- Masa Renaissance..........................................................................................
- Zaman Modren..............................................................................................
- Zaman Kontemporer......................................................................................
B. Sumber
Ilmu Filsafat............................................................................................
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan ...............................................................................................................
Daftar pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan yang
dihadapi pendidik ialah adanya jurang yang cukup dalam antara yang diajarkan
dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sekalipun sudah banyak cara yang di tempuh
untuk menerapkan ilmu itu kearah yang praktis, tetapi kerangka keilmuan itu
tidak dapat dijadikan landasan metodologi pengembangan,tentulah kreatifitas
keilmuan tidak dapat dikembangkan secara maksimal.menyadari kelemahan yang ada
maka sangat urgen kiranya bagi pendidikan untuk mendalami filsafat, terutama
filsafat ilmu, sebagai landasan yang bagus untuk meletakkan landasan yang benar
bagi pengembangan keilmuan itu sendiri.
Sebaiknya ummat islam tidak
begitu saja menerima ataupun meniru metode-metode dari luar dan diusahakan agar
ummat islam berusaha mengembalikan pengetahuan pada pusatnya yaitu Tauhid. Dari
Tauhid akan ada tiga kesatuan, yaitu kesatuan pengetahuan , kesatuan kehidupan
dan kesatuan sejarah. Dalam konteks sejarah perlu kiranya setiap pelajar dan
pengajar mengetahui sejarah perkembangan ilmu dan falsafahnya. Disinilah kita
membahas filsafat ilmu dan sejarah perkembangannya secara integral supaya jelas
kita ketahui bagaimana sejarah dan perkembangan filsafat ilmu tersebut. Dalam
mempelajari sejarah perkembangan ilmu tentu saja kita tidak bisa berpaling dari
asal filsafat itu sendiri.
Setiap priode mengalami
perubahan dan memiliki ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Penemuan-penemuan yang di lakukan oleh manusia hingga zaman sekarang ini
tidaklah terpusat disuatu tempat akan tetapi penemuan-penemuan itu menyebar ke
seluruh penjuru dunia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Filsafat
Perbincangan mengenai filsafat ilmu baru
mulai merebak di awal abad kedua puluh, namun francis dengan yang ditampilkannya pada abad kesembilan
belas dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu dalam khasanah bidang
filsafat secara umum.[1]
Akan tetapi di dunia barat yang mula-mula berfilsafat adalah orang-orang
yunani.[2]
Sebagian ahli filsafat berpendapat bahwa perhatian yang besar terhadap peran
dan fungsi filsafat mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini timbul ke khawatiran para
ilmuan dan filsuf termasuk juga kalangan agamawan, bahwa kemajuan iptek dapat
mengancam eksistensi ummat manusia.[3]
Sejarah itu memiliki nilai yang sudah ada
dan tidak dapat diganti bagi setiap orang yang hendak berfilsafat sendiri.
Bahwa Hollak mengeluarkan pendapatnya “ anda memang dapat berfilsafat tanpa
menghiraukan para filsuf-filsuf yang terdahulu, akan tetapi perlu anda pikirkan
bahwa anda tidak akan mendapatkan taraf tertinggi tanpa bantuan para filsuf
itu”.[4]
Ada tiga sikap pikiran manusia dalam
menghadapi segala sesuatu. Yang pertama ia percaya, kedua ia tidak percaya,
ketiga ia sangsi. kata yang berasal dari bahasa asing untuk sangsi ialah
Skeptis. Dari kata itu muncul pengertian paham skeptisisme, puncak paham
kesangsian itu dikurun yunani kita temui pada Pyrho dan pengikut-pengikutnya.
Mereka disebut kaum skeptic. Dasar berpijak skeptisisme Pyrho untuk mengingkari
pendapat yang pasti terkenal dengan sepuluh ungkapan semu yang disusun oleh pyrho sendiri:
1.
Objek yang sama
menimbulkan berbagai subjek kesan dan tanggapan panca indra yang berbeda-beda.
2.
Manusia berbeda
rohaniah dan jasmaniah, sehingga objek itu menyatakan diri berbeda pada
seseorang dengan yang lainnya.
3.
Berbagai panca indra
terkadang menimbulkan berbagai tanggapan yang berbeda, bahkan panca indra yang
satu bergantung pada keadaan yang lain.
4.
Kesan kita atas objek
dipengaruhi oleh keadaan rohaniah dan jasmaniah yang berbeda-beda.
5.
Kesan atas objek
bergantung pada tempat dari kita.
6.
Kesan sampai kepada
kita melalui saluran.
7.
Sifat objek tidak
tetap, bergantung pada ukuran, suhu, gerak, kecepatan, warna atau bertukar
dengan ini semua.
8.
Kesan objek
berbeda-beda, bergantung kepada segar atau sudah usang, biasa atau luar biasa.
9.
Sifat objek hanya
relasi yang satu dengan yang lain, ia dapat bertukar setiap waktu.
10. Kebiasaan,
hukum, tanggapan agama dan anggapan berbagai orang dan bangsa berbeda-beda, sehingga
kebenaran dan ketetapan tentang segala sesuatu tidak dapat dikatakan.
Dengan
dalil-dalil yang dikeluarkan pyrho dan pengikit-pengikutnya menyangsikan segala
kebenaran. [5]
Filsafat sesungguhnya adalah tafsiran
dari kenyataan yang ada. Manusia dalam kurun waktu dan di negrinya
masing-masing menghadapi kenyataan pokok yang dibentuk oleh manusia.[6]
Disamping perbedaan lahir manusia, ada persamaan batin, yakni tabiat asli.
Tabiat itu milik semua manusia, membentuk kemanusiaan, menghadapi berbagai
persoalan.[7]
Maka filsafat memberikan pandangan tentang jawaban atas persoalan yang timbul
dan filsafat dapat dijadikan sikap hidup bagi manusia.
Jalan sejarah filsafat tidak selalu
luas.kadang-kadang berbelok kebelakang. Teori yang ditinggalkan diulangi
kembali dengan pandangan atau tafsiran baru. Suatu teori filsafat yang
mula-mula dianut di tinggalkan,karna tidak lagi memuaskan akal. Suatu teori
filsafat dapat juga dibangkitkan kembali dengan tafsiran yang baru, sehingga
diterima oleh akal.
Perkembangan pemikiran secara teoritis
senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Oleh karna itu periodesasi
perkembangan ilmu ini disusun mulai dari peradaban Yunani kemudian diakhiri
pada penemuan-penemuan pada zaman kontemporer, secara singkat periode tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Pra
Yunani kuno
Dalam sejarah perkembangan
peradaban manusia, yakni manusia ketika itu belum mengenal peralatan seperti
yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu orang-orang masih menggunakan batu
sebagai peralatan. Sisa peradaban manusia yang yang ditemukan pada masa ini
antara lain: alat-alat dari batu, sisa dari beberapa tanaman, gambar-gambar di
gua, tempat-tempat penguburan, tulang belulang manusia purba.
2. Zaman
Yunani Kuno
Zaman yunani kuno dipandang sebagi
zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang-orang memiliki kebebasan
untuk mengeluarkan ide-ide ataupun pendapatnya. Yunani pada saat ini disebut
juga sebagai gudangnya ilmu filsafat, karna Yunani pada masa itu tidak
mempercayai metodologi-metodologi.
3. Zaman
Pertengahan
Zaman pertengahan ditandai dengan
adanya theology di lapangan ilmu pengetahuan. Ilmuan pada masa ini hamper
semuanya theology, sehingga aktifitas keilmuan terkait dengan aktifitas
keagamaan. Atau dengan kata lain kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung
kebenaran agama. Semboyan pada masa ini adalah Achila Theologia ( abdi
agama). Peradaban dunia islam terutama pada abad ke-7 yaitu pada masa bani
umayyah telah menemukan suatu cara pengamatan, 8 abad sebelum Galileo dan
Copernicus. Sedangkan penaklukan Persia pada abad ke-8 M, telah mendirikan
sekolah Kedokteran. Pada masa keemasan kebudayaan islam, dilakukan penerjemahan
sebagai karya yunani. Bahkan khalifah Al-makmum telah mendirikan rumah
kebijaksanaan atau baitul mal
4. Masa
Renaissance
Zaman renaissance ditandai sebagai
era kebangkitan pemikiran, Renaissance adalah zaman peralihan ketika abad
pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modren. Tokoh-tokohnya
ialah: Roger bacon, Copernicus, Yohannes Kepler dan lainnya. Menurut Roger
bacon matematik merupakansyarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan.
Menurutnya filsafat harus dipisahkan dari theology. Agama yang lama masih
diterima karna menurutnya akal sudah dapat membuktikan kekuasaan allah. Akan
tetapi mengenai hal-hal yang lain dalam theology hanya dikenal lewat wahyu.
Sedangkan Covernicus berpendapat
bahwa matahari berada di pusat jagat raya, dan bumi mempunyai dua gerak yakni,
berputar sehari-hari pada porosnya dan gerakan tahunan mengelilingi matahari.
Teori ini disebut dengan teori Heliosentrisme. Namun teori ditentang para
kalangan gereja yang mempunyai prinsip atau tetap mempertahankan prinsip Geosentrisme,
yang dianggap lebih benar dari prinsip Heliosentrisme. Setiap hari
kita melihat semua mengelilingi bumi, hal ini ditetapkan oleh tuhan, oleh
agama, karna manusia menjadi pusat perhatian Tuhan, untuk manusialah semuanya,
paham demikianlah disebut Geosentrisme .
5. Zaman
Modren
Zaman ini ditandai dengan berbagai
dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagi aliran muncul. Pada dasarnya
corak secara keseluruhan bercorak sufisme Yunani. Paham-paham yang muncul
dalamgaris besarnya adalah rasionalisme, Idialisme, dengan Empirisme.
Rasionalisme mengajarkan bahwa akal
itulah alat yang terpenting dalam memperoleh dan mengkaji ataupun menguji ilmu
pengetahuan. Ada tiga tokoh yang paling mendukung teori Rasionalisme yaitu :
Descartes, Spinoza dan Leibniz.
Sedangkan aliran Idialisme
mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa, ataupun spirit. Para pengikut aliran ini
pada umumnya sumber filsafatnya mengikuti filsafat yang dijuluki sebagai
penganut idialisme. Pada paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu
dalam pikiran kita selain oleh pengalaman. Ini bertolak belakang dengan paham
Rasionalisme. Mereka menentang paham Rasionalisme. Pelopor dari aliran ini
ialah Thomas Hobes Jonh locked an David Hume.
6. Zaman
Kontempor
Yang dimaksud zaman kontemporer
adalah dalamkontek ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga
sekarang ini.kontemporer memfokuskan sorotannya pada bagian perkembangan
kontemporer. Beberapa perkembangan kontemporer adalah penelitian Clifford
Geert yang dalam versi aslinya berjudul The Riligion of java, teknologi
Rekayasa Genetika, teknologi informasi, kemajuan-kemajuan sains dan tekhnologi
dibidang-bidang lain.
Lebih lanjutnya filsafat ilmu
mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama dengan sejalannya perkembangan
ilmu dan tegnologi yang di topang penuh oleh positivisme dan empiric, melalui
penelaah dan pengukuran sebagai andalan utamanya.
Pada periode ini berbagai kejadian
yang sebelumnya dianggap sesuatu yang mustahil, namun dengan kemajuan teknologi
dapat berubah menjadi kenyataan[8].bagaimana
pada waktu itu manusia berhasil mengenbangkan ilmu rekayasa genetika dengan
melakukan percobaan cloning pada
kambing. Belum lagi manusia bisa menciptakan berbagi produk tecnologi dalam
bentuk mesin-mesin micro-chip yang serba mini namun memiliki daya guna yang
sangat luar biasa.
Akan tetapi filsafat yang pertama
muncul itu ialah filsafat Alam karna penyelidikannya dan pembahasannya terutama
ditujukan untuk mencari inti dari alam ini. filsuf-filsuf yang berusaha mencari
inti alam ini dalam sejarah mereka dinamakan ilmu filsafat alam. [9]
Filsafat
Thales (kasmologi)
Plato
( filsafat
spekulatif )
Aristoteles
( metafisika)
Zaman romawi kuno
Cicero pengetahuan
tentang hidup
Abad pertengahan
Pengetahuan yang
tertinggi
Pelayanan teologi
Zaman modren
Abad ke XVII
Abad
keXIII
Abad XX
filsafat analitik
|
Ilmu
Thales
( astronomi, fisika)
Zaman renaissance
Gahleo, Bacon
Metode
eksperimental
Zaman modren
Abad
XVII
Filsafat alam
Abad XVIII
Fisika
Abad XV
|
Matematika
Thales (Geometri)
Phytaghoras
Zaman modren
Abad XVII
Pescartes, newron
Abad XX
Berbagai lab matematika
|
Logika
Aristoteles
Analitika
Dialektika
Organon
Zaman romawi kuno
Logika
Abad pertengahan
Logika tradisional
Zaman modren
Abad XIX
Boole, De morgon
Abad XX
Logika Modren
|
B.
Sumber Ilmu Filsafat
Filsafat itu mencari pengetahuan dari semua
segi dan bidang menyeluruh, filsafat mengingini pengetahuan tentang seluruh
alam atau disebut juga filsafat mempelajari kehidupan menyeluruh. Karna
filsafat itu mempelajari asas dari segala hukum, maksudnya, tujuannya,
nilainya, asalnya. Bahkan ia juga menyelesaikan pangkal tolak dari ilmu
tersebut. [10]
Hatta dalam bukunya alam Filsafat Yunani mengatakan bahwa dongeng dan takhayul dapat
menimbulkan filsafat. Diantara orang-orang ada yang tidak percaya begitu saja.
Ia kritis, ingin mengetahui kebenaran dari dongeng itu. Dari situ timbul
filsafat. Keindahan alam ketika malam hari menimbulkan keinginan orang untuk
mengetahui rahasia keindahan alam. Keinginan mengetahui rahasia alam berupa
rumusan-rumusan pertanyaan, ini juga menimbulkan filsafat. [11]
Menjadi seorang filsuf, belajar
berfilsafat, pertama-tama berarti melibatkan diri kedalam tradisi-tradisi
tertentu dan meresapkan apa-apa yang kita temukan.seorang filsuf yang sedang
belajar seharusnya menyelidiki kebenaran dari apa yang dia dengar dan ia baca.
Alasan-alasan yang diberikan atau yang tersembunyi di dalamnya harus di uji dan
dipertimbangkan secara kritis apa yang dibicarakan dan bagaimana cara
membicarakannya. Seorang filsuf tidak dapat memulai apabila ia berfilsafat
sendiri akan tetapi ia memperoleh data-data tersebut dari sejarah dimana ia
sendiri berada. Kebebasan otonomi tetap menjadi dasar filsafat modren. Begitu
juga tradisi, warisan dari para pakar filsafat memainkan peran dalam pemikiran
ini. Seseorang yang berfilsafat dapat di umpamakan seorang yang berpijak dibumi
sedang tengadah kebintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam
kesemestaan galaksi. Karakteristik seorang filsuf yang pertama adalah sifat
menyeluruh. Seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang
ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dari sisi yang lainnya.
Berfilsafat tentang ilmu berarti kita
berterus terang terhadap diri sendiri. Berfilsafat berarti merendah hati
mengevaluasi segenap pengetahuan yang kita ketahui. Kerendahan hati bukan
sekedar basa basi. Seorang yang berfikir filsafat selain tengadah kearah
bintang-bintang, juga membahas tempat berpijak secara fundamental inilah
karakteristik berfikir filsafat yang kedua yaitu sifat mendasar.[12]
Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu disebut
benar?, bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan?,
apa Kriteria tersebut benar?, lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah
lingkaran maka semua pertanyaan itu melingkar. Dan menyusur sebuah lingkaran
tersebut kita harus mulai dari satu titik yang awal dan sekaligus yang akhir.
Pada filsafat lama, kesangsian filsafat
merupakan akhir filsafat sehingga terbentuklah aliran kesangsian. Akan tetapi
pada filsafat modern ia merupakan awal filsafat. Tiap kebenaran filsafat
diragukan lagi sehingga sampai ke titik dimana kesangsian itu lenyap dengan
ditemukannya kebenaran sehingga berhentilah ia memikirkan yang ia ragukan
tersebut, sehingga tersusunlah system pengetahuan yang menghasilkan kebenaran
dengan berfikir yaitu suatu filsafat.
Filsafat ilmu sama halnya dengan
bidang-bidang ilmu yang lainnya juga mempunyai objek material dan objek
tersendiri. Objek material atau pokok bahasan filsafat ilmu adalah ilmu
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu.
Sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum. Semua manusia
terlibat dengan pengetahuan selama ia hidup dengan normal dengan perangkat
indera yang dimilikinya, namun tidak semua orang terlibat dalam aktivitas
ilmiah, karna ada syarat yang harus di penuhi agar hasil ilmiah itu di akui,
syarat-syarat tersebut ialah:
1. prosedur
ilmiah yang harus di penuhi supaya hasil kerja ilmiah kita diakui oleh para
ilmuan lainnya.
2. metode
ilmiah yang dilakukan, sehingga kesimpulan atau hasil kerja ilmiah itu bisa di
terima
3. diakui
secara akademis dengan gelar atau pendidikan formal yang ditempuhnya.
4. ilmuan
harus mempunyai kejujuran ilmiah sehingga tidak mengkliam hasil temuan ilmuan
yang lain adalah miliknya.,
5. ilmuan
juga harus mempunyai rasa ingin tahu yang besar, sehingga senantiasa tertarik
pada perkembangan ilmu yang terbaru dalam mendukung propesionalitas
keilmuannya. [13]
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filsafat ilmu itu mengalami
sejarah yang panjang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
itu sendiri. Bahwa perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan tidak
terlepas dari pemikiran secara teoritis yaitu senantiasa mengacu kepada
peradaban Yunani. Oleh karna itu periodesasi perkembangan ilmu disusun mulai
dari peradaban Yunani kemudian di akhiri pada penemuan-penemuan pada zaman
kontemporer.
Penemuan-penemuan yang
spektakuler terjadi sepanjang zaman mulai dari masa pra Yunani kuno sampai pada
masa kontemporer. Tentu saja sangat dipengaruhi oleh ahli pemikir ( filsuf)
yang hidup pada zaman masing-masing dan menambah kekayaan khasanah ilmu
pengetahuan khususnya cabang filsafat yakni
filsafat ilmu.
DAFTAR
PUSTAKA
Suriasumantri, Filsafat ilmu Sebuah
Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000)
Tafsir,
Ahmad, Filsafat Umum, ( bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2008)
Mustansyir,
Rizal, Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006)
Samino,
Filosofi,Filosofen, (Jakarta: PT. Dharma Aksara Pratama)
Ihsan,
Fuad, Filsafat Ilmu, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010)
Abbas,
Hamzah, pengantar Filsafat alam, ( Surabaya: Usana Offest Printing,
1981)