CIRI-CIRI KEMATANGAN DALAM BELAJAR MENGAJAR



CIRI-CIRI KEMATANGAN DALAM BELAJAR MENGAJAR

A.    Pendahuluan
Pada dasarnya, setiap individu mempunyai kemampuan untuk belajar. Proses semacam ini dialaminya semenjak ia lahir sampai tumbuh dewasa. Adanya suatu kegiatan belajar tidak lepas daripada tujuan yang hendak dicapai yakni agar mampu mengadakan perubahan-perubahan dalam setiap perkembangan yang ada.
Adapun tantangan yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar amat banyak sekali, khususnya pada lembaga pendidikan. Karena diharuskan atau dituntut agar siswa berhasil dalam studinya tersebut.
Kalau dilihat dari jauh tentang berbagai upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut, seolah-olah msih terjadi ketidakpuasan terhadap siswa dikarenakan tidak sesuai dengan tujuan belajar itu sendiri. Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama agar nantinya siswa dapat mengetahui serta memahami tentang terbagi metode yang harus ia jalani sehingga nantinya akan membuahkan hasil yang snagat memuaskan.
B.     Pengertian Kematangan Dalam Belajar
Kematangan (Maturity) adalah suatu keadaan atau kondisi bentuk struktur dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisasi, baik terhadap suatu sifat. Kematangan membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disebut “Readiness” yang berupa tingkah laku, baik tingkah laku yang instingtif maupun tingkah laku yang dipelajari.
Tingkah laku instingtif adalah suatu pola tingkah laku yang diwariskan melalui proses hereditas. Sedangkan maksud dari tingkah laku yang dipelajari yaitu orang tak akan berbuat secara intelijen apabila kapasitas intelektualnya belum memungkinkan. Untuk itu kematangan dalam struktur otak atau system syaraf sangat diperlukan.
Menurut Davidoff, kematangan menunjukkan pada munculnya pola tingkah perilaku tertentu yang bergantung pada perubahan jasmani dan kesiapan susunan syaraf. Sedangkan menurut C.P. chaplin, kematangan adalah perkembangan proses mencpaai kemasakan atau usia masak yang dianggap berasal dari keturunan.
Disamping itu, kematangan ialah keadaan atau kondisi bentuk struktur dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisme, baik terhadap satu sifat bahkan seringkali semua sifat. Istilah kematangan adalah tidak sama artinya dengan istilah pematangan (maturation). Yang dimaksud pematangan adalah perkembangan, pencapaian, atau proses mencapai kematangan.
Sedangkan pengertian belajar secara individu adalah suatu kegiatan yang dilakukan karena memenuhi salah satu dari ketiga insting yang memiliki oleh setiap makhluk hidup, yakni mengembangkan diri itulah maka manusia belajar.
C.    Ciri-Ciri Kematangan

D.    Kematangan Anak Dalam Belajar
Seorang anak yang normal, dalam usia 7 tahun (jasmani) umumnya sudah matang untuk sekolah. Maksudnya diusia tersebut anak-anak yang normal sudah mampu mengikuti program sekolah. Tetapi dalam kenyataan sehari-hari tidak jarang dijumpai ada anak-anak yang memiliki perkembangan jasmani dan rohani yang berbeda. Terkadang secara jasmani perkembangannya sudah mencapai tingkat usia kronologis tertentu, namun belum memiliki kematangan yang seimbang dengan tingkat usianya. Anak-anak seperti ini disebut dengan anak yang mengalami keterlambatan perkembangan bagian rohaninya, yang kebanyakan disebbabkan hambatan mental. Sebaliknya, ada anak-anak seperti ini dinamai anak yang mengalami percepatan kematangan yang pada umumnya dikarenakan adanya kamampuan bakat tertentu yang istimewa.
1.      Dasar-dasar biologis tingkah laku
Tingkah laku individu didasari oleh pertumbuhan biologisnya. System syaraf merupakan penggerak tingkah laku manusia secara biologis. System syaraf terdiri atas komposisi sel-sel yang disebut neurons. Tiap-tiap neurons mengandung tenaga yang berasal dari proses kimiawi dan elektronik.
Pusat system terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Itulah yang berfungsi sebagai pengatur gerakan jasmaniah pada tubuh. Sedangkan otak manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu :
Ø  Otak Depan
Ø  Otak tengah
Ø  Dan Otak Belakang
Tingkah laku manusia dapat terbagi atas dua macam reaksi, yaitu :
1.      Respondent behavior yaitu tingkah laku yang bersyarat dan tidak sengaja, selalu tergantung kepada stimuli.
2.      Operant behavior yaitu tingkah laku yang disengaja dan tidak selalu bergantung kepada stimuli.
Setiap jenis tingkah laku, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja memerlukan kematangan fungsi jasmaniah, terutama fungsi-fungsi system syaraf dan fungsi-fungsi vital jasmaniah.
2.      perubahan-perubahan dalam otak yang menimbulkan kematangan
Setelah otak menjadi masak mengalami perubahan fisik pada manusia. Perubahan ini dapat menimbulkan tingkah laku baru yang tak terduga sebelumnya. Ini berarti  bahwa tingkah laku belajar memerlukan kematangan fisik, termasuk kematangan fungsi otak.
Perkembangan struktur dan fungsi otak tampak sempurna atau hamper sempurna pada saat anak itu tiba saatnya masuk sekolah dasar. Pada umur-umur setelah 6 tahun, terjadilah perubahan-perubahan penting dalam struktur otak, namun perkembangan kapasitas mental labih banyak diakibatkan karena pengakaman atau belajar. Perkembangan prestasi akademik pada anak-anak sesudah mencapai masa remaja labih banyak dipengaruhi oleh faktor motivasi dan belajar.
3.      kematangan membentuk readiness
kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan perkembangan struktur fisiologis dalam system syaraf, otak dan indera sehingga semua itu memungkinkan individu matang mengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus lingkungan.
Kematangan (maturity) membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu, yang disebut “readiness”. Readiness yang dimaksud yaitu readiness untuk tingkah laku, baik yang tingkah laku yang ingsintif maupun tingkah laku yang dipelajari.
Yang dimaksud dengan tingkah laku instingtif yaitu suatu pola tingkah laku yang diwariskan (melalui proses hereditas). Ada 3 ciri dari tingkah instingtif, yaitu :
1.      Tingkah laku instingtif terjadi menurut pola pertumbuhan hereditas.
2.      Tingkah laku instingtif adalah tanpa didahului dengan latihan atau praktek sebelumnya.
3.      Tingkah laku instingtif berulang setiap saat tanpa adanya syarat yang menggerakkannya.
Dalam kehidupan individu, banyak hal yang tidak dapat dilakukan atau diperoleh hanya dengan kematangan, melainkan harus dipelajari. Dalam hal kematangan memang tetap diperlukan sebagai penentu readiness atau belajar. Tingkat kematangan individu yang diketahui dengan jalan mengukur umur mental masing-masing individu.

E.     Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kematangan
Secara normal memang seorang yang sudah mencapai tingkat kedewasaan akan memiliki pula kematangan rohani seperti kematangan berfikir, Kematangan kepribadian maupun kematangan emosi, tetapi perkembangan antara kedewasaan jasmani dan rohani ini adakalanya tidak sejalan dengan sejajar. Secara fisik (jasmani) seseorang mungkin sudah dewasa tetapi secara rohaniah ia ternyata belum matang.
Keterlambatan pencapaian kematangan rohani ini menurut ahli psikologi pendidikan sebagai keterlambatan dalam perkembangan kepribadian. Faktor-faktor inimmenrut Dr. Singgih D. Gunarsa dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1.      Faktor yang terdapat pada diri anak.

2.      faktor yang berasal dari lingkungan.
F.     Fgjf
G.    Gjgf
H.    Jf
I.       Gjg
J.      Fj
K.    Gfj
L.     Fgj
M.   Fg
N.    jgfjgf