Pengertian Nikah beserta Artinya



PERKAWINAN

A.    Nikah
Nikah artinya suatu akad yang menghalalkan  pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dan menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya.
Dalam pengertian yang luas, pernikahan adalah merupakan suatu ikatan lahir antara dua orang, laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syariat Islam.
Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa diantara kelian memiliki kesanggupan, maka hendaklah ia menikah karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kehormatan dan apakah akan menikah seseorang tidak mempunyai keinginan untuk menikah ?
عن علقمة قال: كنت مع عبد الله، فلقية عشمان بمنى، فقال: يا أبا عبد الر حمن إن لى إليك حاجة فغلوا: هل لك يا أب عبد الرحمن في أن نزو جك بكرا تذكرك ما كنت تعهد ؟ فلما رأى عبد الله أن ليس له حا جة إلى هذا أشار إلي، فقال: يا علقمة فانتهيت إليه وهو يقول: أما لن قلت ذلك، لقد [كنا مع النبي شبابا، لانجد شيأ، ف] قال لنا ِالنبي: يا معشر الشباب من استطا ع منكم الباءة فليتزوج، [فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج] ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء.
Artinya: Dari Alqamah, dia berkata: aku berada bersama Abdullah, lalu beliau ditemui Utsman di Mina dan beliau berkata, “wahai Abu Abdurrahman, sesungguhnya aku memiliki kepentingan denganmu” maka keduanya pun pergi menyingkir ke tempat sepi Utsman berkata “apakah engkau mau wahai Abdurrahman kami nikahkan dengan gadis yang dapat mengingatkanmu akan apa yang bisa padamu dahulu?” ketika Abdullah melihat tak ada kebutuhannya terhadap beliau maka hal ini mengisyaratkan kepadaku seraya berkata, “wahai Alqamah” aku sampai kepadanya dan dia berkata “ketahuilah sekiranya engkau mengatakan itu; benar-benar kami pernah bersama Nabi SAW dan saat itu kami masih muda, kami tidak memiliki sesuatu, maka Nabi bersabda kepada kami.
“Wahai sekalian pemuda, barang siapa diantara kalian yang memiliki kesanggupan untuk menikah, maka hendaknya ia menikah {maka sesungguhnya ia dapat menudukkan pandangan dan menjaga farji} dan siapa yang tidak sanggup maka hedaknya ia berpuasa karena sesungguhnya puasa itu adalah benteng.”[1]
Dalam hadis lain menyatakan: maka nikahilah wanita-wanita yang kamu senangi yang berbuyi:
ان أنسى بن ملك رصي الله عنه قل: جاء ثلاثة رهط إلى بيوت أزواج النبي. يسألون عن عبادة النبي. فلما أخبروا كأنهم تقالوها فقالوا: وأين نحن من النبي قد غفر له ما تقدم من زنبه وما تأخر؟ قال أحدهم: أما أنا، فإنى أصلي الليل أبدا، وقال اخر: أنأصوم الدهر ولا أفطر، وقل اخر: أنا أعتزل النساء فلا أتزوج أبدا، فجاء رسول الله إليهم فقال: أنتم الذين قلتم كذا وكدا، أما والله إني لأ خشاكم لله وأنقاكم له، لكني أصوم وأفطر، وأصلي وأرقد، وأتزوج النساء، فمن دغب عن سنتي فليس مني.
Artinya: Dari Anas bin Malik r.a , ia berkata: “ada tiga orang sahabat yang mendatangi rumah istri-istri Rasulullah SAW untuk bertanya tentang ibadah Nabi SAW ketika mereka diberitahukan – tentang ibadahnya – seakan akan mereka menganggapnya sedikit, mereka berkata, dimana posisi kita dibanding Rasulullah SAW ? Allah telah mengampuni baginya dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang, salah seorang mereka berkata, adapun aku akan shalat malam selamaya. Orang lain berkata aku akan puasa sepanjang masa dan tak pernah berhenti puasa, orang yang satunya lagi berkata akau akan menghindari perempuan dan tidak menikah selamanya. Maka Rasulullah kemudian mendatanginya dan berkata, apakah kalian yang berkata begini dan begini? Demi Allah. Sesungguhnya akulah paling takut kepada Allahdan paling bertaqwa kepada-Nya, hanya saja aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan aku tidur dan  aku menikahi wanita-wanita. maka barang siapa yang tidak suka dengan perbuatanku maka dia bukanlah dari golonganku (HR Bukhari Muslim)[2]

B.     Nikah Sebagai Sunnah Nabi
عن عاءشة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم النطاح من سنتي فمن لم يعمل بسنتي فليس منى وتن اهنا نى مكاشر بكم الامم ومن كن ذا طول فلينكح ومن لم يجد فعليه بالصيام فان الصوم له وجاء
Artinya: Dari Aisyah r.a ia berkata: Rasulullah bersabda nikah itu sebahagian dari sunnahku maka siapa yang tidak mengamalkan sunnahku maka ia bukan golonganku, maka menikahlah sesungguhnya aku mendapatkan jumlah yang lebih banyak dengan kamu dan ummat-ummat yang lain dan siapa yang punya kemampuan maka hendaklah ia menikah dan siapa yang tidak mampu hendaklah ia berpuasa itu menjaga diri baginya.
Tujuan Hadis di atas adalah khususnya bahwa menikah itu adalah merupakan salah satu sunnah Nabi dan melaksanakan perintahnya. Barang siapa yang tidak mau melaksanakannya maka ancaman bagi orang yang tidak melakukannya setelah ia memiliki kemampuan untuk menikah maka ancaman terhadap setiap orang yang tidak mau mengamalkan sunnah rasul yaitu ajaran-ajaran lain bukan saja menikah.

C.    Anjuran Nikah
Pada dasarnya pernikahan itu diperintahkan/dianjurkan oleh syara
Firman Allah SWT
(#qßsÅ3R$$sù $tB z>$sÛ Nä3s9 z`ÏiB Ïä!$|¡ÏiY9$# 4Óo_÷WtB y]»n=èOur yì»t/âur ( ÷bÎ*sù óOçFøÿÅz žwr& (#qä9Ï÷ès? ¸oyÏnºuqsù ÇÌÈ  
Artinya: Dan jika kamu takut tidak berlaku adil terhadap perempuan-perempuan yatim (apabila kamu berkahwin Dengan mereka), maka berkahwinlah Dengan sesiapa Yang kamu berkenan dari perempuan-perempuan (lain): dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu bimbang tidak akan berlaku adil (di antara isteri-isteri kamu) maka (berkahwinlah dengan) seorang sahaja.
Firman Allah pula (Q.S. An-Nisa : 3)
(#qßsÅ3Rr&ur 4yJ»tƒF{$# óOä3ZÏB tûüÅsÎ=»¢Á9$#ur ô`ÏB ö/ä.ÏŠ$t6Ïã öNà6ͬ!$tBÎ)ur 4  ÇÌËÈ  
Artinya: Dan kahwinkanlah orang-orang bujang (lelaki dan perempuan) dari kalangan kamu, dan orang-orang Yang soleh dari hamba-hamba kamu, lelaki dan perempuan. jika mereka miskin, Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari limpah kurniaNya kerana Allah Maha Luas (rahmatNya dan limpah kurniaNya), lagi Maha mengetahui (Q.S. An-Nur : 32)

DAFTAR PUSTAKA

al-Albani, Nashiruddin Muhammad, Shahih Sunan an-Nasai jilid 2, Pustaka Azam, 2006.

Muchfuddin, Moh., Terjemahan Bulughul Maram, Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1942.

Nasruddin, Muhammad, Ringkasan Shahih Bukhari jilid 4, Jakarta: Buku Islam Ramadhan, tth.

Rifai, Moh., Fiqh Islam Lengkap, Semarang: Karya Putra Semarang, 1978.


[1]Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari jilid 4, Penerbit buku Islam Rahmatan, hlm. 732.
[2]Ibid, hlm. 733.